Selasa 18 Aug 2020 14:57 WIB

Jatim Uji Coba Tatap Muka, Sekolah Zona Oranye ikut Dibuka

Khofifah meninjau sekolah tatap muka SMKN 2, meski Probolinggo masih zona oranye.

Guru mengajar siswa berkebutuhan khusus di hari pertama uji coba pembelajaran tatap muka atau luring (luar jaringan) di SLB-B (Sekolah Luar Biasa Tipe B) Negeri Tulungagung, Tulungagung, Jawa Timur, Selasa (18/8/2020). Uji coba pembelajaran tatap muka dengan protokol kesehatan ketat itu digelar selama dua pekan untuk mengoptimalkan daya serap siswa berkebutuhan khusus terhadap mata pelajaran yang tidak bisa dipahami dengan metode pembelajaran daring.
Foto: Antara/Destyan Sujarwoko
Guru mengajar siswa berkebutuhan khusus di hari pertama uji coba pembelajaran tatap muka atau luring (luar jaringan) di SLB-B (Sekolah Luar Biasa Tipe B) Negeri Tulungagung, Tulungagung, Jawa Timur, Selasa (18/8/2020). Uji coba pembelajaran tatap muka dengan protokol kesehatan ketat itu digelar selama dua pekan untuk mengoptimalkan daya serap siswa berkebutuhan khusus terhadap mata pelajaran yang tidak bisa dipahami dengan metode pembelajaran daring.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dadang Kurnia, Wahyu Suryana

Uji coba pembelajaran secara tatap muka di Jawa Timur (Jatim) dimulai pada hari ini, Selasa (18/8).  Uji coba pembelajaran tatap muka rencananya dilangsungkan selama dua pekan, untuk selanjutnya dievaluasi.

Baca Juga

"Ini belajar mengajar tatap muka secara langsung, secara bertahap. Uji coba secara bertahap," ujar Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa saat meninjau proses pembelajaran di SMK Negeri 2 Kota Probolinggo.

Khofifah menyatakan, Probolinggo menjadi salah satu daerah yang melangsungkan uji coba pembelajaran tatap muka, meskipun masih masuk zona oranye Covid-19. Jumlah siswa yang boleh mengikuti pembelajaran tatap muka pun dibatasi. Hanya 25 persen dari total siswa per kelas.

Sedangkan untuk daerah yang masuk zona kuning Covid-19, pembelajaran tatap muka boleh diikuti 50 persen dari total siswa per kelasnya. "Tadi yang kita lihat, kelas-kelas yang biasanya untuk 36 siswa. Hari ini hanya untuk sembilan siswa," ujar Khofifah.

Khofifah menegaskan, setiap siswa yang mendapat izin dari orang tua untuk mengikuti pembelajaran tatap muka, akan bergantian masuk kelas. Jika dirata-ratakan, kata Khofifah, setiap siswa di Kota Probolinggo mendapat jatah pembelajaran tatap muka dua kali dalam dua pekan masa uji coba.

"Inilah yang disebut uji coba belajar mengajar tatap muka langsung secara bertahap. Masuknya ada yang jam 07.00, 07.15 dan 07.30 WIB. Ada cek poin di depan yang suhu tubuhnya 37,3 diminta kembali pulang," kata dia.

Khofifah menegaskan, untuk melangsungkan uji coba pembelajaran tatap muka, harus ada persetujuan dari bupati/ wali kota dan juga gugus tugas percepatan penanganan Covid-19. Dia pun menegaskan, untuk wilayah berstatus zona merah atau memiliki risiko penularan Covid-19 tinggi, belum akan dilakukan pembelajaran tatap muka.

"Maka di sini Pak Wali (Kota Probolinggo) memastikan daerah ini (siap) dilakukan belajar tatap muka. (Uji coba) di seluruh Jatim yang tidak zona merah," ujar Khofifah.

Kepala Dinas Pendidikan Jatim Wahid Wahyudi memastikan uji coba sekolah tatap muka untuk jenjang SMA, SMK dan SLB, belum akan digelar di Surabaya dan Sidoarjo. Mengingat, risiko penularan Covid-19 di dua daerah itu masih tinggi.

Menurut Wahid, dua daerah itu masih zona merah. Meski dalam peta risiko Satgas Covid-19 per Senin 17 Agustus 2020, Surabaya sudah masuk zona oranye.

"Surabaya dan Sidoarjo belum karena zona merah. Zona merah belum dibuka. Tapi semua fleksibel sesuai kondisi masing-masing," ujar Wahid di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Senin (17/8).

Wahid tidak mengungkapkan, berapa jumlah sekolah yang telah menyatakan siap dan akan melakukan uji coba pembelajaran tatap muka tersebut. Wahid hanya mengatakan, selain tidak diperuntukkan bagi zona merah, pembukaan aktivitas belajar mengajar tatap muka harus mengantongi sejumlah syarat wajib.

Sekolah tingkat SMA, SMK, dan SLB sederajat harus mendapat izin dari satuan tugas Covid-19 di masing-masing kabupaten/kota. Kemudian siswa yang masuk harus mendapatkan persetujuan dari wali murid.

"Bagi yang tidak mendapatkan izin dari orang tua, tetap akan dilaksanakan pengajaran jarak jauh," ujarnya.

Dua syarat wajib yang disebutkan Wahid tersebut diakuinya telah disampaikan kepada kepala sekolah dan kepala cabang dinas di setiap wilayahnya. "Ini berlaku hanya untuk SMA SMK SLB dan setingkat SMA. Tidak berlaku untuk SD dan SMP," kata dia.

Saat membacakan sambutan pada upacara peringatan HUT RI ke-75 di Balai Kota Surabaya, Senin (17/8), Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyinggung rencana pembukaan sekolah untuk menggelar kegiatan belajar mengajar tatap muka. Risma menegaskan, rencana tersebut masih dipersiapan dengan matang, utamanya dalam penerapan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin.

Bahkan, untuk mendukung itu, simulasi telah dilakukan berulang kali. Risma menegaskan nantinya hanya sekolah yang sudah siap (prasarana, sarana, guru, dan tenaga non pendidikannya) serta sudah direkomendasi oleh para pakar, yang akan dibuka terlebih dahulu.

“Kita ingin anak-anak selamat dari Pandemi Covid–19, namun sekaligus mempunyai kualitas yang makin baik secara ketrampilan, pengetahuan, serta sikap mental yang tidak kenal putus asa dan disiplin. Karena keberhasilan dan kesuksesan adalah hak, siapa pun mereka dan dari mana asal dan orang tua mereka,” ujar Risma.

Di tengah pandemi Covid-19, Risma kembali mendorong masyarakat agar tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan. Mulai social distancing, memakai masker, dan rajin mencuci tangan menggunakan sabun. Ia yakin dan optimistis, Surabaya memiliki potensi pemulihan ekonomi yang lebih cepat, karena memiliki letak posisi yang sangat strategis dan berbagai infrastruktur yang mendukung.

“Perbaikan kondisi perekonomian kita harapkan bisa berkesinambungan, sehingga pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya 2020 diproyeksikan masih tetap positif serta diproyeksikan mencapai bisa angka 6,78 persen hingga 9,51 persen di tahun depan. Semoga kita menjadi pemenang setelah era Pandemi Covid-19,” kata dia.

photo
Corona mengintai di sekolah (ilustrasi) - (republika)

Epidemiolog Universitas Gadjah Mada, Bayu Satria mengatakan, kebijakan pembukaan sekolah  harus melalui proses asesmen secara menyeluruh. Ia menekankan, asesmen perlu dilakukan mulai dari kesiapan daerah sampai sekolah masing-masing terkait protokol kesehatan. Misalnya, soal desain kelas, proses siswa datang, pengawasan pemakaian masker, cuci tangan, dan pengawasan jaga jarak.

Selain itu, perlu dipantau kesiapan sekolah-sekolah terkait skenario yang sudah siap dijalankan jika ada yang terkonfirmasi positif. Bahkan, setelah itu, Bayu merasa sekolah tatap muka masih berbahaya dan beresiko munculkan klaster baru.

Sebab, ia melihat, sekolah tatap muka memiliki beberapa faktor risiko penularan. Sebab, ada kesulitan pengaturan jarak, penggunaan masker, ruang tertutup, waktu yang lama, dan interaksi orang secara dekat, terutama terhadap anak-anak kecil.

"Oleh karena itu, jika tidak dilakukan baik dan benar, bahkan di zona hijau, maka bisa jadi sumber penularan baru," kata Bayu, Ahad (16/8).

Bayu menyebut, sekolah harus bisa memastikan pelaksanaan protokol kesehatan bisa berjalan dengan ketat jika akan melaksanakan sekolah tatap muka. Salah satunya, memastikan siswa benar-benar sehat, tidak ada gejala dan kontak ke kasus positif.

"Ini perlu kerja sama dengan pihak dinas kesehatan untuk verifikasi, serta kejujuran orang tua siswa," ujar Bayu.

Selanjutnya, pembatasan jumlah siswa dalam kelas, pengurangan waktu tatap muka, pengaturan ventilasi yang baik, pengaturan kursi dan pembatasan interaksi luar kelas. Lalu, pengawasan ketat pemakaian masker melalui edukasi kepada siswa.

"Baik dari orang tua maupun guru, serta ketegasan jika ada yang melanggar. Kantin seyogianya didesain sesuai protokol kesehatan, tidak lupa asesmen pihak eksternal sekolah untuk melakukan pengecekan apakah sudah siap buka atau belum," kata Bayu.

Meski begitu, Bayu mengingatkan, saat ini pembelajaran secara daring sebaiknya memberi titik berat kerja sama sekolah dengan orang tua. Sebab, ia menegaskan, pembelajaran percuma jika anak-anak di rumah tetap bermain tanpa memakai masker.

photo
New Normal di Sekolah - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement