REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG --- Gubernur Jabar, Ridwan Kamil melaporkan kasus Covid-19 di Jabar terkendali, tapi naik turun. Menurutnya, penanggulangan penyebaran Covid-19 terkendali hanya kelemahannya ada di PCR. "Kami mengejar ratio jumlah penduduk 50 jutanya, keteteran. Walaupun untuk level provinsi dibandingkan provinsi lain, Jabar paling banyak selain DKI Jakarta. Yakni, sudah melakukan tes 175.260. Ini agak jomplang (dengan jumlah penduduk, Red) mohon dukungan ngejar ratio pengetesan setinggi-tingginya," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), Selasa (11/8).
Menurut Emil, seharusnya PCR portable pun diperbanyak. Agar, Jabar bisa sesuai dengan indikator WHO PCR Portable ini, bentuknya sebesar koper dan bisa dibawa ke hutan-hutan ataupun gunung-gunung agar bisa pengetesan cepat. "Kalau bapak berkenan, ini bisa jadi terobosan agar tak terkumpul pengetesannya cuma di daerah kota," katanya.
Emil mengatakan, ia memilik dua usulan. Yakni, layanan swasta berupa pay service PCR. Kalau diizinkan, Pemprov Jabar akan bekerja sama dengan swasta. "Mereka investasi alat, kita ngasih pasien terus membayar sejumlah rupiah. Ini bisa ke kejar," kata Emil.
Emil menjelaskan, Jabar paling rawan penyebaran Covid-19 karena penduduknya 50 juta. Penyakit ini, berhubungan dengan populasi sementara populasi Jabar paling tinggi. "Kami PSBB semua daerah yang berbatasan antar kota. Dengan PSBB ini, provinsi terkendali. Kita bisa menggunakan teori yang disampaikan dengan ngegas dan mengerem," katanya.
Saat ini, kata Emil, Pemprov Jabar mulai memberlakukan sanksi administrasi untuk masyarakat yang tak menggunakan masker. Selain itu, Pemprov Jabar pun membagikan 18 juta masker. "Menurut teori lockdown dan masker sama-sama menurunkan kasus. Kalau tak mau lockdwon maka pakai masker," katanya.
Dari hasil razia, kata dia, 20 sampai 30 persen masyarakat Jabar tak pakai masker. Saat ia merazia, hampir setengah warga yang terjaring membawa masker, tapi tak menggunakannya.