Senin 10 Aug 2020 13:39 WIB

YLKI: Perlu Peningkatan Literasi Masyarakat Terhadap Obat

Kebutuhan literasi soal obat menyusul informasi soal obat Covid-19.

Rep: Inas Widyanuratikah  / Red: Ratna Puspita
Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengingatkan pemerintah soal pentingnya literasi masyarakat terhadap obat. Hal ini menyusul maraknya informasi yang beredar di media sosial soal obat yang bisa membunuh virus Covid-19 di dalam tubuh. 

"YLKI mendorong peningkatan literasi masyarakat konsumen terhadap produk obat, jamu tradisional dan herbal, sehingga masyarakat mengerti apa yang diiklankan itu adalah bohong dan tidak bisa menyembuhkan," kata Tulus, dalam telekonferensi, Senin (10/8). 

Baca Juga

Hingga saat ini, pemangku kepentingan termasuk pemerintah dan perusahaan vaksin masih terus melakukan uji klinis terhadap vaksin Covid-19. Tulus mengatakan, jika saat ini terdapat obat yang mengklaim dapat menyembuhkan Covid-19 beredar di pasaran sudah diapstikan keamanannya tidak terjamin. 

"Kita khawatir, kalaupun mereka sembuh dengan obat itu, yang sering terjadi karena obat itu belum teregistrasi kita takut obat itu dicampur oleh obat kimia yang justru bisa membahayakan dari sisi keselamatan," kata dia lagi. 

Selain itu, YLKI juga mendorong pemerintah untuk memperbarui manajemen politik penanganan wabah. Pemerintah harus menyadari bahwa ekonomi tidak akan membaik jika pandemi di Indonesia tidak teratasi. 

Menurut Tulus, salah satu alasan masyarakat mulai mencari obat lain untuk Covid-19 karena masyarakat mengalami tekanan psikologis. Rasa takut belum adanya vaksin menyebabkan masyarakat mencari jalan keluarnya sendiri. 

Selain itu, pada awal masa pandemi, pejabat publik tidak memberikan contoh yang baik dalam menghadapi Covid-19. Ia mencontohkan adanya istilah nasi kucing yang membuat Indonesia kebal dari virus tersebut dari salah satu petinggi negara. 

"Selevel pejabat publik juga memberikan contoh yang kurang baik, membodohkan dan kurang mencerdaskan. Kalau ada klaim-klaim bermunculan itu sebenarnya efek dari semuanya," kata Tulis menegaskan. 

Lebih lanjut, Tulus berpesan agar masyarakat lebih berhati-hati terhadap segala bentuk obat Covid-19 yang beredar. Sebab, secara internasional pun belum ada yang bisa menemukan satu obat atau vaksin yang pasti bisa menyembuhkan. Seluruh vaksin di dunia saat ini sedang dalam proses uji klinis. 

Selain itu, Tulus juga meminta pemernitah menegakkan hukum yang tegas jika ditemukan informasi soal obat Covid-19. Khususnya secara daring karena saat ini banyak informasi yang tidak terjamin kebenarannya justru beredar di media sosial.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement