REPUBLIKA.CO.ID, Istri Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah, Harneli Bahar sukses mendidik sembilan orang anaknya dalam kemandirian yang meng inspirasi banyak orang. Betapa tidak? Meski kesembilan anaknya itu merupakan anak dari seorang pemimpin daerah, baik Harneli maupun suaminya tak pernah membiasakan mereka untuk hidup dari 'menumpang' nama orang tua. Kedispilinan, kemandirian, dan prinsip-prinsip keagamaan sebisa mungkin ditanamkan oleh Muslimah yang satu ini.
"Pendidikan karakter itu harus diterapkan sedini mungkin. Jadi, kita ajarkan secara konsisten bagaimana agar anak-anak itu bisa mandiri dan bertakwa," kata wanita yang kerap disapa Umi Neli ini seperti dikutip dari Dialog Jumat Republika edisi Jumat (7/8).
Anak-anak Umi Neli merupakan pribadi yang kreatif dan mandiri. Hal itu terlihat dari keseluruhan anaknya yang mampu mendirikan usaha dengan tanpa perlu mendompleng nama orang tua. Misalnya, anak bungsunya yang baru duduk di kelas III SMP sudah memiliki usaha tahu boks tanpa bahan pengawet.
Umi Neli mengaku menanamkan jiwa kewirausahaan kepada anak-anaknya agar kelak dapat hidup mandiri. Sebab, tak selamanya orang tua akan membantu dan menopang anak-anak di dunia ini. Dengan kemandirian, kata dia, anak-anak mampu berdikari serta diharapkan mampu berman faat bagi orang banyak.
Jiwa kemandirian memang sudah melekat kuat dalam mental Umi Neli dan suami. Sejak kecil, orang tua Umi Neli hanyalah buruh tani yang penghasilannya tidak seberapa. Sedangkan, suaminya pun berasal dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi.
Namun, kata dia, semangat dan sikap mandiri yang ditanamkan sejak kecil itulah yang membuatnya mampu untuk bangkit dan berusaha semaksimal mungkin. Dengan kemandirian yang ada, kata dia, Allah SWT mengamanahkan jabatan kepada suaminya untuk memimpin Padang.
Menjadi pemimpin daerah menurut Umi Neli bukanlah momentum untuk memperkaya diri. Baginya, menjadi pemimpin daerah adalah ladang pengabdian bagi bangsa dan agama. Kekayaan baginya bisa diperoleh seiring dengan usaha yang kerap dilakukan. "Anak pertama kami sekolah kedokteran waktu itu. Pernah kami di-bully, kata mereka cukupkah gaji wali kota membiayai sekolah kedokteran anak?" kata dia.
Meski demikian, cemoohan itu justru dijadikan pelecut oleh anaknya. Semasa menempuh pendidikan kedokteran, anak sulung Umi Neli itu kemudian membuka usaha dan berdagang pakaian yang dijajakan kepada lingkup kampusnya. Tak hanya baju, anak Umi Neli itu tak malu untuk menjajakan sambal ke warga masyarakat sekitar.
Umi Neli bahkan menjabarkan, dia hanya memberikan uang saku sebesar Rp 500 ribu per bulan kepada anak sulungnya saat menempuh pendidikan kedokteran. Bahkan kepada anak-anaknya yang masih duduk di bangku sekolah, uang saku yang diberikan hanyalah Rp 100 ribu per pekan. "Saya sering sampaikan kepada anak-anak bahwa belilah sesuatu yang dibutuh kan saja. Kalau sudah makan, sudah cukup kebutuhan, tidak perlu membeli yang tidak-tidak. Nyatanya ini didengar betul oleh anak-anak," ujar dia.
Selain kemandirian, sebagai orang tua, dia juga selalu mendahulukan pendidikan agama. Dia percaya, pendidikan agama dapat membantu setiap orang untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Pendidikan agama pun dilakukan dengan cara mengajarkan, menjadi teladan bagi anak, dan mengingatkan anak secara terus-menerus.