Kamis 06 Aug 2020 18:35 WIB

Satgas Minta Jabar 'Mainkan Gas dan Rem'

20 persen pendapatan negara berasal dari sektor industri yang ada di Jabar.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Agus Yulianto
Doni Monardo
Foto: dok. Humas BNPB
Doni Monardo

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penangangan COVID-19 Doni Monardo berharap, Pemprov Jabar dapat mengimplementasikan apa yang menjadi arahan dari Presiden Joko Widodo tentang pentingnya memainkan 'gas dan rem' dalam penanganan virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) dan pemulihan ekonomi. Hal itu penting dilakukan mengingat bahwa 20 persen pendapatan negara berasal dari sektor industri yang ada di Jabar.

“Kalau daerahnya risikonya rendah, (maka) gasnya bisa ditekan. Tapi kalau seandainya tingkat ancamannya meningkat, remnya yang ditekan,” ujar Doni dalam Rapat Koordinasi Penanganan COVID-19 di Gedung Negara Pakuwan, Bandung, Jawa Barat, seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Kamis (6/8).

Selain itu, Doni juga meminta agar peningkatan jumlah dan kapasitas tenaga medis dan laboratorium dapat ditambah. Hal itu mengingat adanya keterbatasan tenaga pada setiap hari libur, sehingga proses uji spesimen terhambat dan tidak optimal. 

Doni juga meminta agar pemerintah daerah lebih memperhatikan dan memberikan kebutuhan para tenaga medis dan laboratorium agar penanganan COVID-19 dapat lebih maksimal. "Petugas laboratoriumnya yang perlu kita tingkatkan kualitasnya termasuk dukungan operasional dan dukungan logistik untuk mereka agar bisa optimal,” katanya.

Sehingga, para petugas medis di Tanah Air bisa bekerja lebih baik dan mereka harus terjamin juga keselamatan dan keamanannya. Karena, dia mengakui, melakukan pemeriksaan spesimen di laboratorium memiliki risiko yang sangat besar.

Doni meminta, agar pemeriksaan kesehatan lebih rutin digalakkan, terutama bagi instansi atau lembaga yang memilki banyak pegawai atau anggota dalam satu tempat. Sehingga ke depannya penularan Covid-19 dapat dicegah dan tidak menular ke masyarakat.ovid

“Kalau ini tidak dilakukan langkah-langkah proaktif, maka masyarakat sekitarnya menjadi berisiko,” kata Doni.

Doni menegaskan, Covid-19 bukan rekayasa atau konspirasi. Kata dia, masih banyak masyarakat yang tidak percaya terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 itu, sehingga banyak kalangan yang abai terhadap protokol kesehatan. 

Menurut Doni, penyakit yang menyerang pernafasan tersebut sudah banyak merenggut korban jiwa. Sehingga dalam hal ini, C-19 disebut seperti malaikat pencabut nyawa. “Covid-19 ibarat malaikat pencabut nyawa bagi kelompok rentan,” ujarnya.

Berdasarkan data dan analisa Tim Satgas Penanganan Covid-19, korban jiwa akibat Covid-19 adalah mereka yang termasuk dalam kelompok rentan dari segi usia dan penderita penyakit penyerta. Dalam hal ini usia rentan adalah di atas 45 tahun dan penyakit penyerta atau komorbid meliputi jantung, diabetes, paru-paru, hipertensi, kanker dan sebagainya.

Oleh sebab itu, Doni yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengajak seluruh komponen pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat agar dapat lebih memaksimalkan kinerja penanganan Covid-19, khususnya dalam memberikan pemahaman bagi masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement