REPUBLIKA.CO.ID, oleh Indira Rezkisari, Dwi Murdaningsih, Puti Almas, Fergi Nadira
Penata rambut Serge Mahdessian bekerja 14 ribu km jauhnya dari lokasi istrinya, yang tadi pagi sedang tertidur di Melbourne, Australia. Serge sedang bekerja ketika ledakan merusak salonnya di distrik Ashrafieh kota Beirut, Lebanon.
Ia menggambarkan kondisi tadi pagi sangat kacau. "Ini seperti mimpi. Orang-orang berlarian. Ada yang membawa tangannya, kakinya, ada begitu darah," katanya, dikutip dari laman CNN, Rabu (5/8). "Saya bisa saja meninggal hari ini. Tapi saya hanya terluka sedikit di tangan karena saya cepat lari masuk ke dalam."
Serge masih sempat mengabadikan kondisi di luar salonnya usai ledakan. Katanya, tampak mobil-mobil yang ringsek serta taburan kaca pecah dan bangunan yang rusak di jalanan.
Istri Serge, Deanna Torus, terbangun tengah malam dan membaca kabar adanya ledakan besar di Lebanon. Deanna mengatakan tubuhnya gemetar memikirkan kondisi suaminya.
Keduanya menikah tahun lalu. Mereka terpaksa hidup terpisah setelah permintaan visa Serge ke Australia ditolak berulang kali terkait larangan masuk akibat Covid-19.
Kondisi terkini di Beirut menambah daftar mimpi buruk bagi Serge. Covid-19, kondisi ekonomi yang buruk, dan sekarang ledakan yang sangat besar.
Serge mengatakan, bibinya seorang perawat terpaksa dirawat akibat luka di kepala dan bahu. Ia terluka saat merawat pasien di rumah sakit lalu ledakan terjadi dan dinding terjatuh menimpanya.
Bibinya terpaksa dibawa ke rumah sakit lain, karena kondisi rumah sakitnya sudah terlalu penuh. "IGD tampak seperti perang telah terjadi. Anak-anak... Tangan mereka, kaki mereka, saya tidak percaya apa yang saya lihat," katanya.
Warga Beirut lainnya, Hadi Nasrallah, mengatakan ia kehilangan kemampuan mendengarnya pascaledakan. Ternyata lokasi Hadi cukup dekat dengan ledakan. Dikutip dari BBC, untungnya kondisi kehilangan pendengarannya hanya terjadi beberap detik saja.
Ia mengatakan, di seluruh Beirut terdengar panggilan nama orang-orang. Panggilan tersebut terdengar di mana-mana, berkilo-kilo jauhnya. Warga mencoba mencari anggota keluarga atau kerabat mereka.
Sepanjang jalan Hadi menemukan satu hal. Pecahan kaca dan bangunan rusak.
Hadi mengatakan, warga mengalami trauma karena biasanya saat ledakan terjadi lokasinya tidak luas. Kali ini katanya, dampak ledakan dirasakan di seluruh Beirut bahkan hingga keluar Beirut.
Dikutip dari AP, Ketua Palang Merah Lebanon George Kettaneh mengatakan korban meninggal setidaknya mencapai 100 orang. Sedang korban luka mencapai 4.000 orang. Ia meyakini jumlah korban akan meningkat.
"Yang kita lihat adalah bencana besar," katanya. Tim Palang Merah terus melakukan pencarian korban di area terdampak ledakan.
Lebanon seperti banyak negara lainnya sedang mengalami krisis ekonomi. Akibat krisis, dalam beberapa bulan terakhir terjadi aksi protes besar-besaran. Sementara rumah sakitnya masih bergulat dengan virus corona jenis baru. Ribuan orang yang harus menjalani perawatan atau pengobatan akibat ledakan Lebanon dikuatirkan menambah penyebaran Covid-19.
Penyebab ledakan tersebut diduga adalah akibat 2.750 ton amonium nitrate yang disimpan secara tidak aman di gudang selama enam tahun.
Presiden Lebanon, Michael Aoun, sudah membahas tentang pemberlakukan kondisi darurat negara selama dua pekan. Presiden juga mengatakan akan mengeluarkan 100 miliar lira atau sekitar 66 juta dolar AS sebagai dana darurat negara.
Amonium Nitrat
Pejabat di Lebanon mengatakan investigasi tentang penyebab ledakan harus segera dilakukan. Pelakunya dipastikan akan dihukum semaksimal mungkin.
Amonium nitrat adalah bahan kimia penyebab ledakan Lebanon. Amonium nitrat sebagian besar digunakan di bidang pertanian lantaran mengandung nitrogen tinggi. Amonium nitrat bersifat relatif stabil dalam sebagian besar kondisi dan murah untuk diproduksi.
Amonium nitrat juga merupakan komponen utama ANFO, bahan peledak yang merupakan campuran emulsi yang digunakan dalam penambangan, penggalian, dan konstruksi sipil.
Secara sifat, amonium nitrat tidak dianggap sangat mudah menguap atau berbahaya, tetapi dalam kondisi tertentu itu bisa mematikan. Sebagian besar negara memiliki peraturan yang mengontrol penyimpanannya untuk memastikan keamanannya.
Diperlukan keadaan khusus untuk mengubah amonium nitrat dari senyawa stabil menjadi bahan peledak. Perlu dicatat, ledakan ini tak memerlukan bahan bakar atau katalis eksternal.
Bahan ini diklasifikasikan sebagai 'bahan energetik', yang menghasilkan panas saat terurai, mirip dengan cara panas dihasilkan oleh bahan yang membusuk di tumpukan kompos.
Jika ada jumlah amonium nitrat yang cukup, amonium nitrat dapat menghasilkan panas yang cukup untuk terbakar dan menjaga api tetap menyala, tanpa perlu tambahan katalis dari luar seperti nyala api.
Ketika terbakar, amonium nitrat mengalami perubahan kimia yang mengarah pada produksi oksigen. Diketahui, oksigen adalah zat yang diperlukan untuk membuat api untuk terus menyala dan menjadi lebih besar, seperti dikutip dari Skynews.
Robert Baer, mantan operatif CIA dengan pengalaman di Timur Tengah, namun tidak meyakini amonium nitrat sebagai pelaku tunggal ledakan Lebanon. Kantor Berita Lebanon, NNA, mengatakan ada laporan awal terjadi kebakaran di gudang yang akhirnya menyebabkan ledakan di area dekat pelabuhan itu.
Baer menduga gudang tempat menyimpan amonium nitrat juga berisi mesiu militer dan bahan pembakar. Dia berspekulasi alat-alat tersebut adalah bagian dari persenjataan, namun ia tidak bisa memastikan milik siapa bahan-bahan tersebut.
"Dari video ledakan jelas seperti ledakan militer," katanya, dikutip dari CNN. "Ini bukan bahan pupuk seperti amonium nitrat. Saya yakin itu."
Baer mengatakan, lihat saja api ledakan yang berwarna oranye. "Itu jelas, seperti kata saya, ledakan militer."
Bubuk putih yang tampak di video ledakan sebelum ledakan besar terjadi adalah indikator kalau amonium nitrat ada dan memicu pembakaran. Baer juga memperhatikan adanya ledakan mesiu sebelum ledakan besar terjadi. Ia menyimpulkan ledakan Lebanon tidak murni akibat amonium nitrat.
"Tampaknya ini adalah kecelakaan," katanya. Ia berkesimpulan kecelakaan, bukan serangan militer.
"Ada inkompentensi dan mungkin korupsi, tapi pertanyaannya adalah jika itu merupakan ledakan militer, untuk siapa bahannya disimpan dan kenapa disimpan di situ," ujarnya.
Baer menduga jawaban pastinya tidak akan ada. Ia mengaku sudah bertahun-tahun bekerja intelijen di Lebanon dan tidak akan ada pihak yang mau mengakui kalau ada simpanan bahan peledak militer di pelabuhan.
WNI Terluka
Ledakan Lebanon ternyata berdampak ke WNI di sana. Duta Besar (Dubes) RI di Lebanon Hajriyanto Y Thohari mengatakan sejauh ini ada dua WNI yang terdampak atas insiden ini. Satu orang merupakan korban yang mengalami luka ringan dan satu lainnya mengalami kerusakan rumah yang berat.
WNI yang merupakan korban terluka dikonfirmasi bernama Ni Nengah Erawati yang merupakan pekerja di Kimantara, Jal El Dib dan saat insiden terjadi sedang berada di Beirut. Kontak telah dilakukan oleh KBRI dan kondisinya saat ini dipastikan stabil.
“Kami sudah melakukan video call dengan yang bersangkutan. Beliau kondisinya stabil bisa berbicara dan berjalan. Luka sudah dijahit dan saat ini sudah pulang dan berada di apartemen bersama empat WNI lainnya di Jal El Dibz,” ujar Hajriyanto dalam keterangan pers.
Sementara KRI Sulthan Hasanuddin 366 (Kontingen Garuda Satgas MTF dalam UNIFIL) terkonfirmasi aman. Tim itu saat ini sedang berlayar di Mersin, Turki.
Berdasarkan catatan KBRI Lebanon terdapat 1.447 WNI di negara Timur Tengah itu. Sebanyak 1.234 di antaranya adalah Kontingen Garuda dan 213 merupakan WNI sipil termasuk keluarga KBRI dan mahasiswa.
Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengungkapkan belasungkawa dan simpati mendalam kepada keluarga korban ledakan di Beirut, Lebanon, Selasa (4/8) pukul 18.02 waktu setempat. Hal itu ia ungkapkan melalui akun resmi Twitter terverifikasinya, Rabu.
"Belasungkawa dan simpati terdalam saya sampaikan kepada keluarga, orang-orang dan Pemerintah Lebanon setelah ledakan besar di Beirut, yang mengakibatkan korban jiwa dan ribuan orang terluka," ujar Menlu Retno.
Retno menegaskan bahwa Indonesia berdiri bersama dalam solidaritas dengan warga Lebanon pada masa duka ini. Hingga kini, belum segera jelas penyebab ledakan yang terjadi di pelabuhan Beirut.