REPUBLIKA.CO.ID, LEBAKA -- Madrasah diniyah awaliyah (MDA) di Kabupaten Lebak, Banten, mulai menerapkan kegiatan belajar mengajar tatap muka. Hal ini sehubungan terbitnya Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 28 tentang adaptasi kebiasaan baru (AKB).
"Kami sudah dua hari ini belajar tatap muka," kata Yati, seorang guru MDA Mabdail Fallah Desa Sumur Bandung Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak, Selasa (4/8).
Pembelajaran bertatap muka itu tetap mengedepankan protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Selama ini, wilayahnya zona hijau Covid-19, sehingga anak-anak di sini ingin belajar untuk menimba ilmu pendidikan agama Islam. Proses pembelajaran madrasah diniyah itu dengan kurikulum aqidah, tauhid, akhlak, membaca Alquran, hadis, fikih dan sejarah Islam.
"Semua anak-anak itu belajar cukup bersemangat setelah mereka libur sejak Maret lalu," katanya menjelaskan.
Menurut dia, jumlah siswa yang belajar di sini sebanyak 80 siswa dan terbagi kelas I sampai kelas VI dan mereka juga belajar di Sekolah Dasar (SD). Madrasah diniyah itu untuk penguatan pendidikan agama Islam agar mereka memahami dan mengetahui ajaran Islam yang benar. Proses KBM itu, dilaksanakan mulai pukul 13.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB.
"Kami mengajar di kelas penuh kesabaran untuk mendidik, membimbing agar anak-anak itu memiliki kecerdasan berpikir dengan mengedepankan akhlak," katanya menjelaskan.
Kepala Seksi Pendidikan Diniyah dan Pesantren Kemenag Kabupaten Lebak Ajrum Firdaus mengatakan pihaknya sangat memperhatikan pendidikan MDA yang didirikan masyarakat karena mencetak sumber daya manusia (SDM) unggul dan berkarakter Islami.
"Kami memperhatikan MDA itu dengan menyalurkan bantuan operasional pendidikan (BOP) dan insentif guru, namun dinilai belum maksimal, karena jumlahnya relatif kecil," katanya.