REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Seorang dosen asal Yogyakarta, Bambang Arianto menyampaikan surat permintaan maaf kepada masyarakat Indonesia terkait tudingan ia terlibat dalam pelecehan seksual, karena melakukan praktik swinger atau tukar pasangan.
Jika dilihat dari jejak digital, Bambang kerap mengaitkan diri dengan mencatut nama-nama perguruan tinggi di DIY ke biodatanya. Mulai Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta sampai Universitas Gadjah Mada (UGM).
Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, Prof Purwo Santoso, angkat suara terkait permasalahan tersebut. Ia mengatakan Bambang Arianto pernah diperbantukan di kampus.
"Dulu memang pernah bantu-bantu, tapi belum pernah berstatus sebagai dosen," kata Purwo kepada Republika, Senin (3/8).
Ia mengungkapkan, perilaku tidak sehat Bambang sudah lama terdeteksi dan menjadi salah satu alasan ia tidak dinobatkan untuk menjadi dosen di UNU Yogyakarta. Ia pun menegaskan tindakan-tindakan menyimpang yang dilakukan Bambang di luar tanggung jawab UNU.
"Kita telah mencoba mengatasi masalah kejiwaan beliau, tapi tidak sanggup mengawal tindak tanduknya setiap hari. Sebagaimana dikatakan, dia mencatut nama," ujar Purwo.
Sebelumnya, Bambang banyak menjadi perbincangan lantaran membuat video pengakuan telah melakukan pelecehan seksual. Kedoknya, sebagai mahasiswa S3 Akuntansi Forensik yang sedang melakukan penelitian terkait praktik swinger atau tukar pasangan.
Bambang mengaku rencana penelitiannya bohong dan lebih dikarenakan ingin berfantasi secara virtual. Bahkan, dalam video itu Bambang mengaku pernah melakukan pelecehan secara fisik.
"Saya juga minta maaf kepada NU dan UGM karena selama ini menyalahgunakan nama NU dan UGM dalam mencari target," kata Bambang.
Sampai saat ini, keberadaan Bambang Ariyanto belum diketahui pasti. Bahkan, akun-akun media sosialnya baik di Twitter maupun di Instagram sudah tidak ditemukan, walaupun video pengakuannya masih terus disebarkan warganet