REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Atep Kurnia, penulis Sunda yang pernah aktif terlibat dalam kegiatan sastrawam Ajip Rosidi menilai almarhum merupakan sosok yang konsisten menggali khazanah budaya Sunda. Sikap teladan itu yang membuat dia turut menggeluti literasi budaya Sunda.
"Saya membantu beliau dari 2009 sampai 2013, tidak begitu sering tapi kalau ke Bandung ada rapat Pusat Studi Sunda saya sering ikut. Waktu itu (saya) wakil sekretaris di Pusat Studi Sunda. Sampai saat ini saya melihat sosok Kang Ayip begitu besar kontribusinya dan konsisten memajukan dan mengembangkan literasi Sunda," ujarnya saat dihubungi, Kamis (30/7).
Pendirian Pusat Studi Sunda yang saat ini aktivitasnya masih berjalan, Atep mengungkapkan telah mendorong dirinya menaruh minat besar terhadap literasi Sunda. Sejak 2009 hingga saat ini, ia mengaku mulai serius menulis literasi Sunda.
"Saya sendiri minat saya terhadap literasi Sunda besar pengaruhnya di Pusat Studi Sunda, secara langsung atau tidak langsung atas jasa Kang Ayip untuk saya," katanya. Ajip melalui putrinya pernah memberikan fotokopi buku babon kepada dirinya. Saat itu, Atep mengaku mulai tertarik mempelajari Sastra Sunda kuno.
"Kang Ayip sebagaimana saya saksikan saat berkunjung ke rumahnya disiplin soal pekerjaan, dalam pengertian sangat ketat penggunaan waktu, sayang dan berharga," katanya.
Menurutnya, tiap hari almarhum memiliki agenda tetap yang dijalankan terutama sekali beraktivitas di perpustakaannya. Katanya, perpustakaan Ajip Rosidi seukuran satu lokal ruangan kelas berlantai dua.
"Ada agenda tiap hari yang seakan-akan harus selalu dituruti oleh beliau seperti bangun pagi, ke mana jalan kaki dulu. Jam sekian masuk ke perpustakaan, di Pabelan itu hampir satu lokal sekolah (perpustakannya). Di situ beliau membaca menulis, nanti ada waktu jeda sarapan setelah itu masuk lagi ke perpustakaan nanti siang setelah sholat dan makan lalu ke perpustakaan, itu waktu saya berkunjung kesan," katanya.
Atep menyebut aktivitas almarhum tidak jauh dari dunia literasi. Termasuk katanya menulis catatan harian yang beberapa jilid sudah diterbitkan. "Itu bukti konsistensi Kang Ayip menulis catatan harian," katanya.
Atep mengaku kehilangan atas kepergian almarhum. Terlebih katanya, sudah lama tidak bertemu dengan sosok sastrawan Indonesia tersebut.