REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara, Jawa Tengah terus memantau fenomena embun upas atau embun beku yang muncul di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng guna memperoleh data pengamatan cuaca yang akurat.
"Beberapa hari yang lalu muncul embun upas di Dieng sehingga kami terus memantaunya guna melakukan observasi dan penyebarluasan informasi kepada para pemangku kebijakan," kata Kepala Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara Setyoajie Prayoedhie di Banjarnegara, Rabu (29/7).
Dia menambahkan fenomena embun upas memiliki kemungkinan untuk kembali muncul mengingat puncak musim kemarau di wilayah ini diprakirakan berlangsung pada bulan Agustus.
"Saat musim kemarau, Dataran Tinggi Dieng memiliki kelembaban udara yang tinggi, berbeda dari daerah lainnya di Jawa Tengah," katanya.
Dia menambahkan tingginya kelembaban udara tersebut akibat kompleksitas pegunungan dan tutupan lahan. "Pada saat inilah embun upas atau embun beku terbentuk," katanya.
Dia menambahkan pola kelembaban udara harian di Dieng dapat menjadi jenuh atau terkondensasi menjelang pagi hari.
"Uap air di udara berubah menjadi titik-titik air, di saat yang bersamaan suhu udara harian juga menuju pada titik minimumnya mencapai nol derajat celcius atau bahkan minus. Akibat suhu lingkungan yang sangat dingin, titik-titik air atau embun yang telah terbentuk tersebut kemudian berubah menjadi kristal es atau embun upas," katanya.
Embun upas, tambah dia, akan bertahan ketika suhunya masih berada pada kisaran titik beku. "Seiring matahari mulai terbit, embun upas perlahan mencair dan sebagian menjadi uap air lagi," katanya.
Dia menambahkan dengan adanya data pengamatan cuaca yang akurat dan dengan peralatan yang terstandar di lokasi, pola pembentukan embun upas di Dataran Tinggi Dieng ini dapat diprakirakan dengan baik dan menjadi daya tarik wisatawan.