REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Belasan pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna di Desa Cileunyi Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung menjadi relawan untuk mengajari anak-anak yang terkendala peralatan untuk belajar secara daring di saat pandemi Covid-19 secara gratis.
Penggagas program mengajar gratis Taufik Ivan Irwansyah mengatakan program itu dikhususkan bagi anak masyarakat sekitar. Anak-anak yang mengikuti program mulai dari anak yang duduk di tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD), taman kanak-kanak (TK), dan tingkat sekolah dasar (SD).
"Kita konsep programnya pembelajaran itu harus gembira, tidak memberatkan siswa, mereka juga pasti stres dengan kondisi seperti ini (pandemi)," kata Taufik, Selasa (28/7).
Mulanya, program itu berawal dari keresahan Taufik melihat anak-anak yang semestinya mengikuti pembelajaran secara daring dengan normal, namun mengalami hambatan seperti ketidaktersediaan ponsel pintar maupun laptop. Selain itu, akses internet di pedesaan itu cukup minim hingga membuat sulitnya pembelajaran dilakukan secara daring.
Melihat kondisi tersebut, pada pertengahan Mei 2020 ia lalu mulai mengajak anak-anak yang ada di lingkungan masjid desa tersebut untuk belajar bersama. Awalnya, kata dia, hanya ada sekitar 20 anak yang mengikuti program pembelajaran itu. Namun hingga kini, menurutnya sudah ada sekitar 60 anak yang ikut dalam program mengajar itu. Kini program mengajar secara sukarela itu digelar di rumah salah seorang warga di desa tersebut. Karena ruangan masjid sudah tidak mampu menampung anak-anak tersebut.
"Kita mengikuti keinginan anak anak saja, di sini pendidikannya enggak terlalu dipaksa, jadi gembira saja, bermain sambil belajar," kata Taufik yang merupakan mahasiswa Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Proses kegiatan belajar dan mengajar digelar mulai dari pukul 08.00 WIB hingga sekitar pukul 10.00 WIB. Sejauh ini, ia juga memastikan tetap mengikuti protokol kesehatan yang berlaku, apalagi di kawasan itu sudah dinyatakan sebagai zona hijau.
Menurutnya dalam program pembelajaran itu sudah ada belasan relawan pengajar yang terdiri dari mahasiswa dan pelajar yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Dia memastikan, pembelajaran sukarela itu tidak dipungut biaya sepeserpun. Namun peralatan belajar mengajar masih bersifat seadanya yang berasal dari swadaya masyarakat setempat.
"Kita agak sulit soal peralatan. Entah itu alat bantu mengajar, atau media pembelajaran. Istilahnya kita itu seadanya, jadi swadaya dari warga aja," kata dia.