REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Kegiatan wisata di destinasi unggulan Kabupaten Lebak seperti Museum Multatuli, Kawasan Adat Baduy, Kasepuhan Citorek hingga objek wisata terbaru Negeri di Atas Awan sudah bisa dikunjungi kembali. Pembukaan objek wisata ini disebut sebagai langkah masa percobaan masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), setelah beberapa bulan dihentikan karena pandemi covid-19.
Kepala Museum Multatuli Ubaidillah Muchtar menyebut, aktivitas kunjungan ke museum sudah bisa dilakukan sejak Sabtu (26/7) lalu. Pengunjung museum dikatakannya sudah banyak berdatangan dari orang lokal hingga wisatawan di luar Kabupaten Lebak.
"Untuk kunjungan perorangan sudah mulai dibuka kembali sejak Sabtu dan Minggu kemarin, ada dari Jakarta juga kemarin datang. Tapi sampai sekarang masih dibuka untuk rombongan kecil saja, kalau untuk rombongan besar seperti anak-anak sekolah kita belum berani buka," kata Ubaidillah Muchtar, Senin (27/7).
Kendari demikian, jumlah pengunjung dikatakannya memang belum normal seperti kondisi sebelum pandemi korona. "Belum normal memang karena kita juga belum bisa menerima rombongan jumlah besar," katanya.
Berbagai upaya disebutnya telah disiapkan untuk menjaga pelaksanaan protokol kesehatan di dalam museum yang menjadi museum anti kolonial pertama di Indonesia ini. Langkah seperti penyediaan fasilitas hand sanitizer, menghentikan sementara fasilitas headset untuk podcast penjelasan sejarah hingga aturan masuk ruangan yang diperketat menjadi upaya museum untuk menerapkan protokol kesehatan.
"Kami tetap melaksanakan protokol kesehatan, pengunjung wajib pakai masker, cuci tangan, pengecekan suhu, kalau yang lebih dari 38 derajat kita tidak perkenankan masuk. Rombongan yang masuk juga tidak boleh lebih dari tiga orang di satu ruangan agar tidak menumpuk," ujarnya.
Sementara Pengelola wisata Negeri di atas awan Sukmadi Jaya Rukmana menuturkan pembukaan wisata yang sempat viral awal tahun 2020 ini sudah berlangsung selama dua pekan. Pembukaan wisata sesuai dengan Peraturan Bupati (Perbup) Lebak Nomor 28 Tahun 2020 tentang Pedoman Adaptasi Kebiasaan Baru pada 15 Juli lalu.
"Sudah sekitar dua minggu dibuka, tapi memang sekarang pengunjung cenderung sepi karena cuaca, karena cuaca tidak tentu jadi kadang awannya tertutup kabut atau bahkan mendung. Sabtu/minggu kemarin juga sepi karena memang cuacanya sedang tidak bagus," katanya.
Saat ini, beberapa fasilitas di Negeri di Atas Awan dikatakannya sudah diperbaiki untuk menunjang kegiatan wisata. "Menara selfie sekarang sudah kita perbaiki, pagar pengaman juga selama tutup kemarin kita benahi agar lebih aman," ujarnya.
Sukmadi menjelaskan, meski sudah dibuka kegiatan wisata di Negeri di atas awan masih terkendala infrastruktur jalan yang rusak karena banjir bandang pada awal tahun ini. Jembatan jalan yang menjadi akses ke objek Negeri di atas awan di Desa Ciladaeun, Kecamaran Lebak Gedong disebutnya masih rusak dan hanya bisa dilewati kendaraan roda dua.
"Jembatan di Desa Muhara itu kan jembatnnya nggak ada, jadi paling yang bisa lewat hanya roda dua aja. Kalau roda empat bisa lewat tapi pakai jalan yang dari Sobang atau via Selatan Bayah, jadi kita harap untuk segera ada perbaikan di sana," tuturnya.
Adapun Kepala Bidang (Kabid) Destinasi Dinas Pariwisata Lebak, Luli Agustina menuturkan pembukaan objek wisata saat ini merupakan tahapan uji coba dan sosialisasi Perbup terkait adaptasi kegiatan baru. Masa percobaan ini berlangsung hingga akhir Agustus dan akan ditentukan pembukaan permanennya pada September.
"Ini pembukaan sementara, untuk sosialisasi Perbup dan uji coba hingga Agustus yang secara resmi akan kita putuskan pada September. Jadi nanti akan kita evaluasi masa uji coba ini dari sembilan subsektor, di antaranya penerapan pengecekan suhu, physical distancing dan spanduk imbauan protokol kesehatan," ujarnya.
Pemerintah Kabupaten Lebak disebutnya telah menempatkan satuan tugas khusus untuk menjaga dan menilai penerapan protokol kesehatan di objek wisata. "Juli sampai September ini uji coba, kalau sampai September nanti ada yang tidak menerapkan prtokol kesehatan bisa kita rekomendasikan untuk tidak dibuka permanen," tuturnya.