REPUBLIKA.CO.ID, PAPUA -- Pendidikan Papua saat ini dinilai masih tertinggal, khususnya di daerah-daerah terpencil. Ketersediaan pun pengajar masih minim di berbagai daerah di Tanah Papua dan fasilitas pendidikan juga masih jauh dari yang diharapkan.
Saat ini banyak generasi muda Papua yang menempuh pendidikan di luar Papua. Harapannya dapat pulang kembali ke Papua dan bisa bersama-sama membangun Papua.
Pernyataan ini disampaikan Robert Joppy Kardinal, Anggota DPR RI Dapil Papua Barat, dalam webinar dengan topik “SDM Unggul, UMKM Berkembang, Papua Maju”.
Mengenai pendidikan Papua yang masih tertinggal, Robert Kardinal menyampaikan persoalan pendidikan harus menjadi fokus utama pembangunan di Tanah Papua.
“Adanya fenomena di sekolah-sekolah yakni ada banyak siswa tapi gurunya tidak ada. Ada SD dan SMP di provinsi Papua dan Papua Barat yang kekurangan guru. Hal ini menjadi masalah yang harus dibenahi oleh pemerintah daerah dan pusat untuk meningkatkan SDM generasi muda Papua," kata dia.
Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI), Claus Wamafma menjelaskan beberapa program dan terobosan yang dilakukan PTFI untuk menjawab kebutuhan masyarakat Papua. Ini khususnya dalam hal pemberdayaan masyarakat di bidang UMKM dan pendidikan.
Beberapa program yang sudah dilakukan PTFI antara lain pemberian beasiswa pendidikan kepada masyarakat asli Papua, dan melakukan pelatihan vokasional.
“Orientasi kita harus berubah dari yang hanya sekedar menyelesaikan pendidikan saja, menjadi bagaimana menjawab kebutuhan-kebutuhan yang ada di Papua saat ini. Beberapa terobosan yang sudah dilakukan PT Freeport Indonesia ialah pemberian beasiswa kepada masyarakat asli papua, sampai saat ini sudah hampir 13 ribu orang yang sudah mendapat manfaat," kata Claus dalam webinar yang diinisiasi oleh Rumah Milenial Indonesia Wilayah Papua-Papua Barat.
PTFI melakukan pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan pekerjaan yang dibutuhkan industri. Claus menyampaikan saat ini ada 3000 orang yang telah bergabung di PTFI yang merupakan hasil dari pelatihan tersebut.
"Kami sudah melakukan perubahan dengan tidak mendidik seseorang untuk hanya menjadi karyawan saja, tetapi juga mempersiapkan mereka membangun bisnis mandiri. Kami membantu pendanaan dan pendampingan untuk UMKM Papua," ujarnya.
Dalam diskusi yang sama, Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Riza Damanik menjelaskan pentingnya penguatan koperasi dan UMKM dalam menjaga stabilitas perekonomian nasional.
Riza meminta para pelaku UMKM segera membentuk Koperasi. Riza juga mengajak generasi muda Papua untuk menggarap UMKM dan melakukan digitalisasi UMKM selama masa pandemi.
“Agar berkembang dengan kuat, UMKM sebaiknya tidak lagi diurus sendiri-sendiri, melainkan dengan skema Koperasi. Sehingga UMKM memiliki konsolidasi hasil produksi, modal, maupun akses pasar yang lebih besar. Digitalisasi UMKM dan koperasi merupakan kunci untuk memberikan keuntungan sebesar-besarnya kepada petani dan memberikan manfaat yang besar pula kepada konsumen," kata Riza.
Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan, dan Arsip Daerah Provinsi Papua Christian Sohilait menjelaskan, fenomena anak-anak muda Papua yang cenderung memilih profesi sebagai pegawai negeri ketimbang profesi lainnya.
Padahal jumlah lowongan pegawai negari saat ini sudah terbatas. Ia menganjurkan anak-anak Papua untuk mulai berwirausaha.
“Generasi muda Papua harus mulai berwirausaha, mengembangkan usaha sendiri. Masyarakat lokal Papua harus banyak diberdayakan dalam pengembangan UMKM," kata dia.
Pendiri Rumah Milenial Indonesia, Sahat MP Sinurat menyampaikan tindak lanjut dari diskusi daring ini yaitu pelaksanaan kursus kepemimpinan dan kompetensi bagi generasi muda Papua.
"Kita merencanakan kegiatan lanjutan yaitu Kursus Kepemimpinan dan Kompetensi untuk generasi muda Indonesia khususnya Papua. Kami mengajak semua pihak untuk bekerjasama dalam pengembangan generasi muda Papua," ujarnya.