Kamis 16 Jul 2020 13:09 WIB

Warga Miskin Baru Diperbantukan Proyek Padat Karya

Wabah Covid-19 ini pasti berdampak pada penurunan daya beli dan ekonomi nasional

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Pekerja mengemas sembako bantuan sosial (bansos)  di gudang distribusi, Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (29/4/2020). Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyalurkan bansos senilai Rp500 ribu bagi warga yang berpenghasilan rendah dan termasuk miskin baru akibat pandemi COVID-19
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Pekerja mengemas sembako bantuan sosial (bansos) di gudang distribusi, Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (29/4/2020). Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyalurkan bansos senilai Rp500 ribu bagi warga yang berpenghasilan rendah dan termasuk miskin baru akibat pandemi COVID-19

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berupaya menekan angka  warga yang masuk dalam ketegori miskin baru. Salah satunya, dengan mempekerjakan mereka dalam berbagai proyek padat karya khususnya di pedesaan.

"Jadi mereka yang sebelumnya tidak masuk kategori miskin, kemudian menjadi miskin, ini yang kita ajak untuk dipekerjakan. Jadi diserap untuk sektor padat karya," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, Kamis (16/7). Emil mengatakan, program yang langsung menyasar warga miskin termasuk warga miskin baru berupa bantuan sosial (bansos) diharapkan bisa membantu. Karena, membantu warga baik makanan maupun uang. Sehingga, bisa sedikit membantu mereka untuk berbelanja keseharian. "Instrumen ini keduanya agar meningkatkan daya beli mereka (warga miskin)," kata Emil.

Menurutnya, wabah Covid-19 ini sudah pasti berdampak pada penurunan daya beli yang kemudian berpengaruh pada perekonomian secara nasional. Maka, dia tidak kaget ketika angka kemiskinan di Jabar juga ikut meningkat mencapai 500 ribu jiwa.

Misalnya, kata Emil, angka kemiskinan di Jabar ada 25 persen. Kemudian, karena ada pandemik ini angka warga miskin menjadi 40 persen dengan adanya virus ini. Solusi yang paling tepat untuk menjaga angka kemiskinan tidak naik terus adalah memaksimalkan dana yang dimiliki pemerintah pusat dan daerah untuk berbelanja sebanyaknya. "Minimal selama COVID-19 dengan belanja pemerintah sampai Desember bisa hidup jadi karyawan atau buruh pekerjaan fisik. Dua program ini menjadi salah satu yang konkrit," katanya.

Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat merilis angka kemiskinan terbaru di Indonesia. Berdasarkan data terakhir pada Maret 2020, angka kemiskinan telah naik 544,3 ribu jiwa. Sebelumnya, angka orang miskin di Jabar sekitar 3,38 juta jiwa 6,82 persen dari total penduduk pada September 2019. Namun, sekarang angkanya menjadi 3,92 juta jiwa atau 7,88 persen.

Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Jawa Barat Raden Gandari Adianti mengatakan, salah satu pemicu angka masyarakat miskin meningkat adalah adanya kasus COVID-19 yang sudah ada di Indonesia pada Maret 2020.

Tren kemiskinan di Jawa Barat pada September 2014 hingga September 2019 terus menurun. Namun, pada Maret 2020 kembali mengalami kenaikan lantaran terjadi pandemi Covid-19.

Gandari mengatakan, faktor penyebab penambahan angka kemiskinan di Jawa Barat pada periode September 2019 hingga Maret 2020 adalah pertama, ekonomi di Jawa Barat pada triwulan I 2020 tumbuh sebesar 2,73 persen. Namun, angka ini sebenarnya  melambat bila dibandingkan dengan capaian triwulan I 2019 yang mencapai 5,43 persen. "Jadi ada pelambatan pertumbuhan ekonomi," katanya. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement