Rabu 15 Jul 2020 23:55 WIB

BNPB Masih Kumpulkan Data Pemicu Banjir Luwu Utara

BNPB menyebut Kabupaten Luwu Utara termasuk wilayah berisiko rendah

Foto udara kondisi perkampungan tertimbun lumpur akibat terjangan banjir bandang di Desa Radda, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Rabu (15/7/2020). Banjir bandang yang terjadi akibat tingginya curah hujan yang membuat sungai Salukula dan Meli meluap tersebut mengakibatkan 21 orang meninggal dunia dan puluhan warga dilaporkan masih dalam pencarian, sementara  ratusan rumah rusak berat dan hilang tertimbun material lumpur.
Foto: ANTARA /Moullies
Foto udara kondisi perkampungan tertimbun lumpur akibat terjangan banjir bandang di Desa Radda, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Rabu (15/7/2020). Banjir bandang yang terjadi akibat tingginya curah hujan yang membuat sungai Salukula dan Meli meluap tersebut mengakibatkan 21 orang meninggal dunia dan puluhan warga dilaporkan masih dalam pencarian, sementara ratusan rumah rusak berat dan hilang tertimbun material lumpur.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) masih mengumpulkan data-data lapangan untuk menganalisa pemicu terjadinya banjir bandang di enam kecamatan di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.

"BNPB masih kumpulkan data-data di lapangan, apa pemicu banjir bandang di Masamba dan sekitarnya di Luwu Utara, Sulsel," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati dalam keterangan persnya, Rabu (15/7).

Sementara BPBD Kabupaten Luwu Utara melansir bahwa salah satu pemicu banjir adalah hujan dengan intensitas tinggi selama dua hari terakhir. Debit air hujan mengakibatkan Sungai Masamba, Rongkang dan Sungai Rada meluap, sehingga terjadi banjir bandang.

Mengenai penanganan bencana di tengah pandemi COVID-19, dia mengatakan, Kabupaten Lutra termasuk wilayah dengan kategori risiko rendah atau berada pada zona kuning.

Berkaitan dengan hal itu, BNPB mengimbau pemerintah daerah untuk waspada dan cermat dalam prosedur penanganan warga terdampak pascabanjir, khususnya di tengah pandemi COVID-19.

Terkait dengan kondisi di lapangan, Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB mencatat 21 warga meninggal dunia akibat banjir bandang yang menerjang enam kecamatan di Kabupaten Lutra, Sulsel pada Senin(13/7) lalu. Data tersebut bersumber dari Basarnas per Rabu (15/7) sore tadi.

Selain korban jiwa, tim SAR gabungan masih mencari korban yang hilang. Para personel terus melakukan pencarian 2 orang yang dinyatakan dalam pencarian.

Dampak bencana teridentifikasi di enam kecamatan, yakni Kecamatan Masamba, Sabbang, Baebunta, Baebunta Selatan, Malangke dan Malangke Barat. Lebih dari seribu lima ratus warga berhasil diselamatkan oleh petugas di lapangan, sedangkan korban luka telah mendapatkan perawatan di beberapa rumah sakit.

Sementara itu, berdasarkan laporan BPBD setempat sore tadi (15/7), setelah banjir sebanyak 156 KK (655 jiwa) mengungsi dan 4.202 KK (15.994 jiwa) terdampak. Sedangkan kerugian material tercatat 4.930 unit rumah terendam, 10 unit rumah hanyut, 213 unit rumah tertimbun pasir bercampur lumpur, 1 Kantor Koramil 1403-11 terendam air dan lumpur ketinggian 1 meter, jembatan antar desa terputus dan jalan lintas provinsi tertimbun lumpur setinggi 1 hingga 4 m.

BPBD Kabupaten Luwu Utara dan instansi terkait telah melakukan upaya penanganan darurat, seperti evakuasi dan pencarian korban, kaji cepat kebutuhan, penanganan penyintas dan operasional pos komando.

Di samping itu, alat berat berupa 4 unit eksavator dikerahkan untuk membersihkan lumpur di Kecamatan Masamba, dan 6 unit di Kecamatan Baebunta.

Kondisi terkini, PLN masih melakukan perbaikan jaringan listrik sejak pagi tadi (15/7). Selain itu, jalan lintas provinsi tertimbun material lumpur sehingga menutup akses menuju pos komando utama dan lokasi terdampak. Personel di lapangan harus memutar sejauh 10 km dalam mengakses lokasi terdampak.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement