REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Bayu Satria berharap rencana pembukaan bioskop secara serentak pada 29 Juli mendatang didahului dengan asesmen masing-masing bioskop oleh otoritas kesehatan secara ketat. Hal ini untuk menentukan apakah bioskop tersebut layak buka atau tidak.
"Jika tidak bisa melakukan itu sebaiknya ditunda," kata Bayu melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Selasa.
Bayu menjelaskan jika tidak dilakukan dengan hati-hati terkait monitoring dan pengawasan orang yang menonton serta pelaksanaan protokol kesehatannya maka pembukaan bioskop akan sangat berisiko menjadi sarana penularan baru.
Ia mengingatkan penyebaran virus SARS-Cov-2 bisa melalui udara yang dimungkinkan terjadi ketika orang berbicara, batuk atau bersin. Oleh sebab itu, penggunaan masker disertai jaga jarak menjadi sangat penting.
"Pembatasan acara di dalam ruang tertutup dengan tetap wajib jaga jarak dan masker yang dipakai setiap saat," kata dia.
Selain itu, lanjut dia, masyarakat juga harus hati-hati terutama ketika melakukan proses yang membutuhkan melepas masker. Di antaranya pada saat wudhu dan makan agar jangan berbicara terlebih dulu.
Menurutnya, kebiasaan tersebut sulit dikendalikan karena ketika makan dan lepas masker, banyak orang cenderung berbicara padahal itu berisiko tinggi. "Sama halnya ketika kita 'talkshow' atau rapat sebaiknya tetap pakai masker dan jaga jarak," kata dia.
Senada dengan itu, Abu Tholib Aman dari bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM juga menegaskan bahwa SARS-CoV-2 dapat ditularkan melalui mata, hidung, mulut, serta udara. Untuk itu, masyarakat diimbau untuk selalu tertib mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker, rajin cuci tangan dan jaga jarak.