Jumat 10 Jul 2020 17:24 WIB

Dokter Andani: Saya tidak Rekomendasikan Rapid Test

Tes cepat juga tidak mampu memutus mata rantai penularan virus corona.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Mas Alamil Huda
Petugas medis menunjukkan alat tes cepat (rapid test) Covid-19 buatan dalam negeri.
Foto: ANTARA FOTO
Petugas medis menunjukkan alat tes cepat (rapid test) Covid-19 buatan dalam negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Kepala Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, dokter Andani Eka Putra, menyebut rapid test atau tes cepat tidak direkomendasikan karena tidak akurat dalam mendeteksi Covid-19. Di Sumatra Barat, kata Andani, tidak menggunakan tes cepat. 

Lab Unand dibantu Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Wilayah II Baso menggunakan tes dengan alat PCR untuk memeriksa sampel swab. Dengan PCR, menurut dokter Andani, hasil pemeriksaan sampel swab dapat dipercaya 100 persen. Sehingga dapat dengan cepat diketahui seseorang positif atau negatif dari Covid-19.

"Kalau saya tidak merekomendasikan rapid test. Di Sumbar kita memang tidak merancang menggunakan rapid test," kata Dokter Andani kepada Republika.co.id di RS Unand, Jumat (10/7).

Menurut dokter Andani, tes cepat juga tidak mampu memutus mata rantai penularan virus corona. Karena tidak ada keakuratan hasil untuk menentukan seseorang positif atau negatif Covid-19. 

Bila dengan tes swab PCR, kepastian positif atau negatif bisa didapat dalam waktu 24 jam sehingga memudahkan tim untuk melakukan tracing kepada orang-orang yang sudah terlibat kontak.

Dokter Andani memaklumi pemerintah menjadikan tes cepat sebagai persyaratan melakukan perjalanan seperti syarat masuk melalui bandara atau pelabuhan. Karena kenyataannya tidak semua lab di daerah punya fasilitas PCR. Dan kalaupun ada PCR, tidak dengan kapasitas yang besar.

Melakukan pemeriksaan masif dengan cara pemeriksaan swab dengan PCR dinilai ampuh dalam memutus mata rantai penularan covid-19. Lab Unand dibantu Lab Baso sampai hari ini sudah memeriksa 58.000 sampel swab.

Karena itulah, menurut dokter Andani, ketika di awal, jumlah kasus positif Covid-19 di Sumbar sempat tinggi termasuk 5 besar di Indonesia. Tapi dalam dua bulan terakhir, pertumbuhan angka positif Covid-19 di Sumbar mulai menurun dan melandai.

Bahkan, angka positivity rate di Sumbar hari ini berada di angka 0,62 persen. Angka ini membuktikan Sumbar dapat dikatakan sebagai daerah aman.

"WHO mengatakan daerah aman itu yang mampu mempertahahankan positivity rate itu di bawah 5 persen. Sementara kita sudah di bawah 1 persen," ujar Dokter Andani.

Memang setiap hari di Sumbar masih ada penambahan kasus positif Covid-19. Tapi Dokter Andani meminta masyarakat tidak perlu khawatir. Karena kasus-kasus tambahan mayoritas dari orang luar yang masuk ke Sumbar. Memang sampai akhir tahun menurut Dokter Andani, tambahan kasus positif akan tetap ada.

"Seperti diabetes, dia akan ada terus. Jadi sekarang bagaimana mengendalikannnya," kata Dokter Andani menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement