Kamis 09 Jul 2020 17:47 WIB

 Khofifah Dorong Peningkatan Produksi Ikan Kerapu Lamongan

Produksi ikan kerapu di Kabupaten Lamongan mencapai 599 ton per tahun. 

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Agus Yulianto
Kerapu.
Foto: NM Aqua Enterprise
Kerapu.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mendorong para petani tambak ikan krapu di Kampung Kerapu, Desa Labuhan, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, meningkatkan produksinya. Dia bahkan mendorong para petani bisa melakukan ekspor, dengan memanfaatkan teknologi digital. Apalagi, potensi ikan kerapu di pasar dalam maupun luar negeri sangat potensial. 

"Potensi ikan kerapu ini sangat besar. Kita ingin agar produktivitasnya dimasifkan. Dengan produktivitas yang masif diharapkan dapat memberikan ketahanan ekonomi terutama di tengah pandemi Covid-19," kata Khofifah melalui siaran persnya, Kamis (9/7).

photo
Nelayan pembudidaya karamba ikan memberi pakan ikan kerapu. (Antara/Aji Styawan)

Khofofah menjelaskan, produksi ikan kerapu di Kabupaten Lamongan mencapai 599 ton per tahun. Adapun lahan tambak yang tersedia saat ini seluas 270 hektar. Khofifah melanjutkan, jika dilihat dari potensi yang ada, produktivitas ikan kerapu di Lamongan masih bisa ditingkatkan.  

Khofifah juga mengungkapkan masih ada pasar potensial luar negeri seperti Cina, Hongkong, Taiwan, dan Korea. Khofifah mengingatkan, bukan tidak mungkin nantinya ikan kerapu produksi petani tambak di Lamongan, diarahkan untuk memenuhi potensi pasar luar negeri tersebut.

Menteri KKP Edhy Prabowo mengatakan, pertumbuhan ekspor Ikan Kerapu meningkat sampai 5 persen. Edhy pun menwgaskan, pihaknya akan terus mendorong budidaya ikan kerapu tersebut.

“Ikan Kerapu ini dulu ikan liar di Indonesia. Indonesia menjadi negara pertama yang bisa memperbanyak ikan kerapu dengan membudidayakan. Budidaya tidak hanya dari anakan, tetapi bisa diperbanyak,” kata dia.

Edhy menjelaskan, permintaan ikan kerapu di dunia sangat tinggi dan harganya  mahal. Namun, kata dia, pengiroman ikan ke luar negeri harus dalam kondisi hidup. “Kalau hidup nilainya mahal, kalau mati nilainya jatuh,” ujar Edhy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement