Selasa 07 Jul 2020 20:04 WIB

Kesenjangan Rasio Tes Covid Antara Jakarta dan Daerah Lain

Angka rata-rata nasional tes Covid-19 di Indonesia masih rendah dan ada kesenjangan.

Petugas merapikan wadah sampel dahak milik warga yang menjalani tes Polymerase Chain Reaction (PCR) di perbatasan Jakarta-Bekasi, Lubang Buaya, Jakarta, Selasa (5/5).Tes PCR secara random untuk 50 masyarakat yang melintas di titik perbatasan antara Jakarta dan Bekasi itu untuk mendeteksi lokasi dan menekan penyebaran virus Corona. (ilustrasi)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas merapikan wadah sampel dahak milik warga yang menjalani tes Polymerase Chain Reaction (PCR) di perbatasan Jakarta-Bekasi, Lubang Buaya, Jakarta, Selasa (5/5).Tes PCR secara random untuk 50 masyarakat yang melintas di titik perbatasan antara Jakarta dan Bekasi itu untuk mendeteksi lokasi dan menekan penyebaran virus Corona. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Kamran Dikrama, Antara

Angka rata-rata nasional pemeriksaan Covid-19 masih rendah dengan jumlah 3.394 testing per 1 juta penduduk. Terjadi juga kesenjangan rasio antara DKI Jakarta dengan daerah lain.

Baca Juga

Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengakui, jumlah pemeriksaan Covid-19 di Tanah Airu memang masih rendah. DKI Jakarta menjadi yang teratas dengan dengan jumlah tes Covid-19 sebanyak 26.527 tes per 1 juta penduduk.

Dibandingkan dengan daerah lain, kesenjangan rasio tes memang sangat jomplang. Sumatera Barat misalnya yang menempati urutan kedua setelah Jakarta, baru bisa melaksanakan sebanyak 9.124 tes per 1 juta penduduk, Bali sebanyak 8.870 tes per satu juta penduduk, Sulawesi Selatan sebanyak 6.288 tes per satu juta penduduk, dan Papua sebanyak 5.440 tes per satu juta penduduk.

“Secara nasional jumlah testing kita memang baru mencapai 3.394 testing per satu juta penduduk. Angka ini adalah angka rata-rata nasional,” ujar Yurianto saat konferensi pers, Selasa (7/7).

Dari 17.816 pemeriksaan spesimen yang dilakukan pada hari ini, dilaporkan adanya temuan 1.268 kasus baru Covid-19. Sehingga total kasus covid hingga hari ini mencapai 66.226 kasus. Sementara itu, angka sembuh yang dilaporkan pada hari ini sebanyak 866 orang dan kasus meninggal sebanyak 68 orang.

Yurianto menyampaikan, pemerintah saat ini perlu lebih fokus pada sejumlah provinsi yang angka kasus positifnya terus meningkat. Karena itu, ia menekankan agar aspek kesehatan masyarakat lebih diutamakan. Selain itu, peran serta masyarakat juga menjadi faktor penentu di dalam pengendalian Covid-19.

photo
Rasio tes Covid-19 di Indonesia - (Republika.co.id)

Ahli epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono menilai, skala pengujian Covid-19 di Indonesia masih kecil. "Angka-angka itu sangat rendah, itu adalah kesalahan. Peraturan pemerintah, bagaimana mereka melakukan pengujian, didasarkan pada gejala. Itu adalah kesalahan mereka," kata Pandu dikutip Brisbane Times, Senin (6/7).

Menurut Pandu, Indonesia saat ini menguji rata-rata 10 ribu orang dan memproses sekitar 20 ribu spesimen per hari. Tingkat tesnya adalah 3.377 orang per 1 juta orang.

Menurut laman Worldometer, dari per 1 juta orang, Singapura melakukan tes terhadap 129.509 orang, Malaysia 24.854 orang, Thailand 8.648 orang, Filipina 7.286 orang, dan Australia 107.888 orang. Sehingga, Indonesia bisa dibilang kalah telak dari negara-negara sekawasan dalam hal skala tes Covid-19.

Pandu berpendapat Pemerintah Indonesia seharusnya menggandakan tes reaksi rantai polimerase (PCR). Hal itu harus dilakukan secara merata di seluruh daerah.

Menurut Pandu, kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tidak berhasil di Indonesia. Dia mendesak pemerintah untuk secara masif mengampanyekan "3M", yakni mencuci tangan, menjaga jarak, dan mengenakan masker. Hal itu menjadi upaya untuk tetap menekan penyebaran Covid-19.

Ia pun memperkirakan Indonesia akan menjadi pusat Covid-19 ketiga di Asia. Menurutnya lonjakan kasus akan terus terjadi kecuali pemerintah menerapkan langkah-langkah lebih ketat. Pandu memprediksi tingkat infeksi Covid-19 akan terus meningkat hingga September atau Oktober. Angkanya dapat mencapai 4.000 kasus per hari. 

"Dengan tidak adanya langkah-langkah baru yang ketat, Indonesia akan menjadi pusat (Covid-19) ketiga di Asia setelah Cina dan India," katanya.

Saat jumlah pasien positif Covid-19 di Tanah Air masih terus meningkat, pemerintah mendorong pelaksanaan tes cepat (rapid test), terutama di daerah-daerah kasus Covid-19 tinggi.

Ketua Satgas Covid-19 UGM, dr. Rustamadji mengatakan, rapid test adalah langkah skrining awal deteksi Covid-19, bukan diagnosis infeksi Covid-19 seseorang.

"Rapid test tidak bisa digunakan untuk penegakan diagnosis Covid-19, ini untuk pemeriksaan awal saja," kata Adji, Sabtu (4/7).

Ia berpendapat, rapid test antibodi kurang efektif untuk mendiagnosis Covid-19. Tes itu lebih tepat untuk surveilans kesehatan masyarakat seperti dalam melihat melihat kekebalan suatu komunitas.

"Dengan kata lain, tes ini hanya mendeteksi antibodi dalam tubuh seseorang. Untuk memastikan keberadaan virus di tubuh terinfeksi virus corona ya dengan uji swab, rapid test hanya sebagai langkah pemeriksaan awal saja," ujar Adji.

Untuk rapid test antigen, Adji menerangkan, tes ini sedikit lebih efektif karena bisa mendeteksi antigen atau virusnya. Namun, ia menekankan, jenis antibodi dan antigen cuma skrining awal bukan mendiagnosis virus corona.

Guna menekan penyebaran virus corona, Adji meminta masyarakat selalu mematuhi protokol kesehatan. Konsisten untuk selalu memakai masker, jaga jarak, tidak berkerumun, mencuci tangan dengan sabun, dan menerapkan etika saat bersin.

"Di samping itu, terapkan pola hidup bersih dan sehat. Dengan begitu diharapkan dapat memutus mata rantai penularan Covid-19 di Tanah Air," kata Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM.

photo
Tiga gejala baru Covid-19 menurut CDC AS. - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement