Rabu 01 Jul 2020 18:26 WIB

Riset I2 Paparkan Persepsi Publik Terhadap Kinerja Polri

Hasil riset persepsi publik terhadap kinerja Polri dipaparkan I2.

Riset I2 Paparkan Persepsi Publik Terhadap Kinerja Polri. Foto: Polri.Ilustrasi.
Foto: Republika
Riset I2 Paparkan Persepsi Publik Terhadap Kinerja Polri. Foto: Polri.Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Indonesia Indicator (I2) merilis hasil riset persepsi publik dan media massa terhadap kinerja Polri sepanjang 2020. Hal ini berdasarkan analisis framing pemberitaan media online di Tanah Air memberi nilai rapor kinerja Polri pada tahun ini sebesar 79 dari angka 100.

Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2), Rustika Herlambang, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Rabu (1/7), mengatakan, berbagai aktivitas Polri di media massa dan media sosial selama ini bisa diukur untuk mengetahui agenda publik dan agenda masyarakat pada Polri.

Baca Juga

"Sepanjang 2020, Polri diberitakan dalam 331.308 berita dari 2.647 media online berbahasa Indonesia," ujar dia.

Dari keseluruhan berita terkait kinerja Kepolisian Indonesia itu, sekitar 79 persennya memiliki sentimen netral dan positif. Sementara, pemberitaan terkait Kepolisian Indonesia yang memiliki sentimen negatif sebanyak 21 persen.

 

Sebanyak 57 persen pemberitaan tentang Kepolisian Indonesia, kata dia, terkait upaya Kepolisian Indonesia dalam menangani Covid-19. Isu yang menarik bagi media online adalah Maklumat Kepala Kepolisian Indonesia terhadap kerumunan, protokol kesehatan, bantuan beras, pengawalan bansos, mengawal BLT, dapur umum bersama TNI, dan operasi ketupat.

"Isu tersebut banyak mendapatkan atensi positif di media dan masyarakat," kata dia.

 

Menurut dia, isu terbesar kedua yang menjadi perhatian media adalah keberhasilan Polri dalam menangani kasus narkoba. Pernyataan tegas Kapolri agar anggota tak segan menembak mati bandar membuat penanganan kasus menjadi lebih kuat.

Sampai pertengahan 2020, Polri mencetak berbagai prestasi, seperti menggagalkan penyelundupan sabu seberat 1,15 ton, menggerebek bandar narkotika di Sukabumi dan menyita 359,57 kg sabu, dan menemukan sabu-sabu seberat 797,11 kg di Serang, Banten.

Selain itu, kinerja Kepolisian Indonesia dalam penanganan banjir, persiapan pilkada serentak, karhutla, dan Papua juga menjadi isu perhatian media.

Sekalipun catatan keseluruhan mengesankan, menurut dia, Kepolisian Indonesia masih membukukan angka merah sebanyak 21 persen.

Ada beberapa kinerja Kepolisian Indonesia mendapat framing negatif dari media diantaranya datang dari penanganan kasus Novel Baswedan, Harun Masiku, dan penangkapan aktivis.

"Jadi bisa dikatakan bahwa rapor Kepolisian Indonesia sepanjang 2020 adalah 79 dari angka 100," kata dia.

Ia menambahkan, di media sosial rapor kinerja Polri sedikit berbeda, dengan sentimen negatifnya sebesar 23 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa agenda media dan agenda media sosial sama, namun memiliki tingkat perhatian yang berbeda.

Sepanjang 1 Januari- 29 Juni 2020 terdapat sebanyak 1.766.022 percakapan dari 667.398 akun non-Kepolisian Indonesia di Twitter. "Sengaja penghitungan ini dipisahkan untuk mengetahui respons masyarakat pada Polri secara keseluruhan, mengingat akun-akun Polri cukup aktif dalam mensosialisasikan kebijakan Polri, dari level nasional hingga level Polsek," kata dia.

 

Isu terbesar di Twitter adalah soal penanganan dan informasi terkait Covid-19.

"Di sini terlihat bagaimana Polri menjadi salah satu rujukan, solusi, sekaligus sasaran keingintahuan hingga kejengkelan atas berbagai isu terkait penanganan dan kebijakan pemerintah terkait Covid," kata dia.

Isu terbesar berikutnya di Twitter adalah isu kriminalitas, kemanusiaan, terorisme radikalisme, penangkapan aktivis, Papua, dan Novel Baswedan. "Beberapa isu terakhir inilah yang membuat framing negatif pada Polri sepanjang 2020," ujarnya.

Berdasarkan tangkapan sistem Intelligent Perception Analysis (IPA), kata dia, isu Kepolisian Indonesia direspons netizen milenial sebanyak 83,4 persen. Dari sisi gender, terdapat 58,2 peren netizen laki-laki, dan 41,8 persen netizen perempuan, dengan persebaran lokasi yang hampir menyeluruh. Emosi yang dimunculkan adalah antisipasi dan kepercayaan, tuturnya.

Beberapa kemarahan dari netizen beberapa kali bergolak di antaranya karena kasus pernikahan kepala Polsek di suatu hotel mewah di Jakarta yang sempat jadi topik menonjol Ravio Patra, Novel Baswedan, dan isu Papua.

"Isu ini memberikan sentimen negatif sebesar 23 persen di Twitter. Inti dari emosi ini adalah adanya ketidakpuasan dari netizen atas penanganan Polri," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement