Sabtu 27 Jun 2020 09:27 WIB

BNPT Diminta Waspadai Potensi Kelas Online Terorisme 

Ada potensi kelas online radikal terorisme tumbuh di masa teknologi komunikasi kini.

Ilustrasi Radikalisme Terorisme. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) diminta untuk mewaspadai adanya kelas-kelas online radikalisme.
Foto: MgIT03
Ilustrasi Radikalisme Terorisme. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) diminta untuk mewaspadai adanya kelas-kelas online radikalisme.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Direktur Eksekutif International Conference of Islamic Scholars (ICIS) KH Khariri Makmun Lc, MA menyarankan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk mewaspadai adanya kelas-kelas online radikalisme. Potensi kelas online tumbuh di masa teknologi informasi dan komunikasi kini. 

“Untuk mencegah penyebaran paham radikal terorisme, saya kira BNPT perlu untuk mengawasi pergerakan kelompok radikal di media online. Karena sekarang dengan adanya aplikasi seperti zoom, mereka bisa saja membuat kelas-kelas online untuk menyebarkan pemahaman mereka dan saya kira itu perlu diwaspadai juga oleh BNPT,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Jumat (26/6) malam.

Baca Juga

Hal ini mengingat pesatnya perkembangan teknologi yang semakin memudahkan dalam melakukan komunikasi dan penyebaran informasi. Menurut Alumni Universitas Al-Azhar Kairo itu dulu mereka atau kelompok-kelompok radikal belajar lewat internet masih sendiri melalui google maka kini sudah dapat menggunakan guru melalui kelas online.

“Kalau pertama kan mereka masih baca sendiri, di doktrin melalui tulisan, nah kalau sekarang didoktrin melalui pengajaran dan itu jarak jauh, itu tentunya selangkah lebih maju. Jadi perlu kita waspadai munculnya generasi kelompok radikal yang hasil dari didikan doktrinasi jarak jauh melalui kelas online itu,” ujarnya.

Sementara itu, pria yang meraih gelar Master dari Universitas Ulum Islamiyah Wal Arabiyah Damaskus, Suriah, ini pun menyampaikan perlunya moderasi beragama untuk memberi ruang kepada orang lain yang berbeda agama atau berbeda paham dengan kita. “Dengan berpikir moderat, kita akan memberi ruang kepada orang lain untuk berbeda dengan kita. Kalau mereka yang radikal itu dia tidak memberi ruang bagi orang lain untuk berbeda dengan dia. Sehingga siapapun yang berbeda dengan dia dianggap sesat,” ujarnya

Karena itu, pria yang juga menjadi Direktur Rahmi (Rahmatan Lil Alamin) Center tersebut mendorong kepada pemerintah untuk terus mengerahkan upaya lebih dalam mencegah penyebaran paham radikal terorisme di tengah kemajuan teknologi. Selain itu, menurut pria yang pernah menjadi Rais Syuriah NU di Jepang pada tahun 2004-2006 ini, ketika seseorang bisa memahami agamanya dengan baik, maka secara otomatis orang tersebut akan bisa menerima Pancasila itu dengan benar. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement