REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Desa, Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Abdul Halim Iskandar, mengatakan pengembangan smart village atau desa cerdas di Indonesia dapat meningkatkan produktivitas dan aktivitas ekonomi di desa-desa.
"Smart village mendukung tercapainya SDGs (Sustainable Development Goals) dan membantu desa-desa untuk berkembang, juga mengurangi kemiskinan pada saat bersamaan,” kata Mendes yang lebih akrab disapa Gus Menteri itu dalam webinar International Telecommunication Union (ITU) Asia Pasific Region, di Jakarta, Jumat (26/6).
Ia mengatakan terdapat enam pilar yang menjadi acuan pelaksanaan smart village tersebut, antara lain adalah smart people atau masyarakat yang cerdas, gaya hidup cerdas, lingkungan, pemerintahan, perekonomian bahkan mobilitas yang cerdas juga.
Keenam pilar tersebut menunjukkan bagaimana Kemendes PDTT telah mencoba untuk melokalkan tujuan pembangunan berkelanjutan hingga tingkat akar rumput masyarakat di perdesaan. “Smart village adalah konsep dan alat yang kuat untuk menyelesaikan berbagai masalah,” kata mantan Ketua DPRD Jawa Timur itu.
Mendes mengatakan salah satu instrumen utama pelaksanaan smart village adalah Dana Desa. Adapun total Dana Desa yang telah disalurkan sejak 2015 hingga 2020 berjumlah Rp 329,6 triliun.
Dana Desa, katanya, telah membangun berbagai fasilitas dan infrastruktur yang membantu kegiatan ekonomi dan peningkatan kualitas hidup masyarakat desa. “Membantu kegiatan ekonomi seperti halnya Dana Desa telah membangun lebih dari 200 ribu kilometer jalan baru, lebih dari 60 ribu unit irigasi dan sebagainya. Sedangkan untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat seperti terbangunnya lebih dari 58 ribu sumur air, dan masih banyak lagi,” demikian Abdul Halim.