REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fauziah Mursid, Dadang Kurnia
Pada Rabu (24/6), pemerintah merilis data penambahan kasus positif Covid-19 sebanyak 1.113 kasus sehingga total kasus positif Covid-19 di Indonesia keseluruhan berjumlah 49.009 orang. Jawa Timur (Jatim) masih menjadi penyumbang kasus tertinggi dengan 183 kasus baru, diikuti DKI Jakarta dengan 157 kasus.
Jatim memang telah menjadi epinsentrum baru penularan Covid-19 di Tanah Air. Bahkan, jumlah kematian akibat Covid-19 di Jatim, yakni 750 kematian, telah melewati angka DKI Jakarta sebanyak 602 kematian. Untuk total kasus, Jatim dengan total 10.298 kasus tinggal sedikit lagi melampaui Jakarta yang total memiliki 10.404 kasus.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo kemarin memberikan arahan khusus kepada Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Daerah Provinsi Jatim agar lebih fokus membuat kajian dan memetakan seluruh permasalahan yang menjadi pemicu tingginya angka kasus Covid-19 di wilayah timur Pulau Jawa. “Perlu dilakukan kajian, penyebab utamanya apa,” kata Doni memberikan sambutan dalam kunjungan kerja di Gedung Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (24/6).
Doni pun mengingatkan gugus tugas Jatim akan perlunya langkah-langkah tepat untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Menurut dia, yang perlu digalakkan adalah kesadaran isolasi mandiri tingkat RT atau RW, bagi pasien positif Covid-19 yang tanpa gejala klinis.
"Saya melihat bahwa langkah-langkah seperti ini sudah dilakukan, hanya mungkin harus bisa lebih agresif sehingga mereka yang sudah positif terpapar Covid-19 dan juga mereka yang terduga kontak erat itu harus disiplin untuk tidak melakukan kegiatan di luar rumah," ujar Doni.
Tidak hanya Doni, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto kemarin juga mengunjungi Surabaya. Terawan menyatakan pihaknya akan berusahan mengurai permasahan yang menyebabkan penambahan harian pasien Covid-19 di Jatim terus tinggi.
Terawan mengatakan, jika tingginya penambahan pasien positif Covid-19 tersebut karena kurang disiplinnya masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan, pendisiplinan yang harus dikedepankan. "Saya akan mengurai apa pokok persoalannya. Kalau karena protokol kesehatan, ya protokol kesehatannya harus terus didisiplinkan supaya bisa mengurangi angka tertular," ujar Terawan di RSUD dr Soetomo, Surabaya, Rabu (24/6).
Terawan mengatakan, dalam upaya memutus mata rantai penularan Covid-19, kuncinya adalah pencegahan. Pencegahan tersebut bisa dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan secara disiplin di lingkungan tempat tinggal, di lingkungan kerja, dan sebagainya. Dia pun mendorong agar penerapan protokol kesehatan bisa menjadi budaya di tengah masyarakat.
"Protokol kesehatan itu harus sudah menjadi istilahnya budaya dan harus melekat di hati sanubari penduduk. Artinya harus melaksanakan protokol kesehatan, baik di lingkungan dia tinggal, di lingkungan bekerja, di rumah sakit, juga harus protokol kesehatan," ujar Terawan.
Terawan mengaku pihaknya terus menjalin komunikasi intensif dengan daerah dalam upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Komunikasi intensif, menurut dia, menjadi kunci utama agar langkah-langkah yang dilakukan di daerah sejalan dengan apa yang diupayakan pemerintah pusat.
"Kita bersama-sama bekerja keras dan terus berkomunikasi antara daerah dengan pusat sehingga kami tahu apa sih kesulitannnya sehingga tidak salah dalam penerapannya. Itulah yang paling penting supaya sinkronisasi semua hal yang kita rencanakan cocok dengan kebutuhan dan keperluan daerah," kata dia.
Sebelumnya, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menilai wajar adanya peningkatan jumlah kasus Covid-19 di Jatim karena makin masifnya tes dan pelacakan. Menurut Khofifah, pihaknya terus memasifkan pelaksanaan rapid test, tes cepat molekuler (TCM), dan polymerase chain reaction (PCR) di 38 kabupaten/kota wilayah setempat.
"Sampai hari ini rapid test yang dilakukan di Jatim menjadi yang tertinggi di Indonesia, yaitu sebanyak 213.211 tes. Di mana, sebanyak 198.160 tes dilakukan oleh dinkes kabupaten/kota dan 16.051 oleh tim Covid-19 Hunter Jatim," kata Khofifah di Surabaya, Senin (22/6).
Catatan jumlah masyarakat yang menjalani rapid test di Jatim, Khofifah menambahkan, juga menjadi yang tertinggi dibanding wilayah lain di Pulau Jawa. Hal ini antara lain berdasarkan data website resmi dari DKI Jakarta yang jumlah rapid test-nya sebanyak 198.160 dan Jawa Barat yang sebanyak 156.674 tes.
"Untuk tim Covid-19 Hunter yang diterjunkan Pemprov Jatim telah melakukan testing di 19 kabuapten/kota, berhasil melakukan tes sebanyak 16.051 tes dengan hasil 496 reaktif yang selanjutnya di-swab dan ditemukan 115 kasus positif," ujar Khofifah.
Khofifah menambahkan, saat ini laboratorium yang bisa memeriksa PCR di Jatim juga meningkat, yaitu dari sebelumnya hanya 11 laboratorium rujukan menjadi 27 laboratorium rujukan. Di samping itu, pemeriksaan TCM meningkat dari 12 laboratorium menjadi 17 laboratorium.
"Dengan peningkatan laboratorium ini pemeriksaan secara kumulatif naik dari 43.296 menjadi 53.503 tes dalam satu minggu," kata dia.