Rabu 24 Jun 2020 15:32 WIB

Pemkot Bandung Buat Panduan Pernikahan di Masa Pandemi Covid

Anak-anak dilarang diikutsertakan oleh orang tuanya ke acara pernikahan.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Dwi Murdaningsih
Forum Aspirasi Pengusaha Pernikahan menggelar simulasi akad dan resepsi pernikahan di Ballroom Graha Batununggal, Kota Bandung, Rabu (24/6) dengan standar protokol kesehatan yang ketat. Langkah tersebut dilakukan sebagai upaya meminimalisasi penyebaran covid-19.
Foto: istimewa
Forum Aspirasi Pengusaha Pernikahan menggelar simulasi akad dan resepsi pernikahan di Ballroom Graha Batununggal, Kota Bandung, Rabu (24/6) dengan standar protokol kesehatan yang ketat. Langkah tersebut dilakukan sebagai upaya meminimalisasi penyebaran covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG- Forum Aspirasi Pengusaha Pernikahan menggelar simulasi akad dan resepsi pernikahan di Ballroom Graha Batununggal, Kota Bandung, Rabu (24/6) dengan standar protokol kesehatan yang ketat. Langkah tersebut dilakukan sebagai upaya meminimalisasi penyebaran covid-19.

Proses simulasi akad dan resepsi pernikahan dengan standar protokol kesehatan berlangsung. Diantaranya sebelum masuk ke dalam gedung, tamu diminta mencuci tangan dan diwajibkan memakai masker. Tamu diperiksa suhu tubuh dan jika lebih dari 37.5 celcius tidak diperbolehkan masuk dan mereka yang masuk akan ditandai stiker.

Baca Juga

Di dalam gedung, terdapat tanda jaga jarak di area stand makanan dan pelaminan. Selain itu, di area luar gedung terdapat satu unit ambulans yang bersiaga. Selama proses ijab kabul, saat mempelai pria dan wali nikah bersalaman menggunakan sarung tangan. Sebelum itu pun, kedua mempelai, wali nikah dan penghulu harus mencuci tangan.

Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mengatakan simulasi pernikahan yang digelar sudah berlangsung dengan baik. Namun, ia mengaku terdapat beberapa catatan yang harus diperbaiki dalam simulasi tersebut.

"Ada beberapa relatif sudah baik, tinggal desain alur jalur supaya dia tidak mendekati pengantin, tetap berjarak tamu dengan pengantin," ujarnya disela-sela meninjau simulasi, Rabu (24/6).

Selanjutnya, ia mengungkapkan akan melakukan kajian dengan instansi terkait untuk melakukan pelonggaran atau relaksasi kegiatan pernikahan. Menurutnya, pihak jasa pernikahan bisa mengajukan permohonan relaksasi dan menandatangani surat pernyataan tidak akan beroperasi jika tidak menerapkan protokol kesehatan.

"Alhamdulillah penerapan protokol kesehatan sudah bisa diselenggarakan penyelenggara pernikahan dari WO, catering dan dekorasi. Mudah-mudahan dengan dasar ini akan dikaji dengan instansi terkait untuk melakukan pelonggaran relaksasi kegiatan resepsi pernikahan," ujarnya.

Yana menegaskan pihaknya akan menyetujui relaksasi jika pengusaha jasa pernikahan memenuhi standar protokol kesehatan. Selain itu, menurutnya aktivitas undangan di dalam gedung hanya diperbolehkan 30 persen dan harus duduk agar mematuhi jaga jarak.

Ia pun menegaskan anak-anak dilarang diikutsertakan oleh orang tuanya ke acara  pernikahan. Yana mengatakan ruang isolasi pun harus dipersiapkan untuk digunakan jika terdapat undangan yang memiliki suhu tubuh melewati batas yang diatur.

Terkait dengan pelaksanaan pernikahan di rumah-rumah, ia mengaku akan menyiapkan aturan teknis yang mengatur hal tersebut. "Kalau di rumah kelihatan minta teman kewilayahan yang melakukan (simulasi), tapi kalau selama dipakai ada masker jaga jarak insya Allah (bisa)," ungkapnya.

Menurutnya, panduan teknis yang akan dibuat ke depan akan diberikan kepada Kantor Urusan Agama (KUA). Ia menyebut KUA berperan untuk menyosialisasikan tentang menjaga standar protokol kesehatan ke masyarakat.

Ketua Forum Aspirasi Pengusaha Jasa Pernikahan Bandung, Aris Ardiansyah mengatakan pihaknya menggelar simulasi pernikahan dengan standar protokol kesehatan dengan harapan para pelaku jasa pernikahan bisa beroperasi kembali di masa pandemi covid-19. Menurutnya, tiga bulan terakhir para pengusaha dan pekerja terkena dampak langsung tidak bisa beroperasi.

Dengan pernikahan yang menerapkan protokol kesehatan, ia mengaku biaya pernikahan akan mengalami kenaikan sebab pihaknya harus menyediakan alat-alat pelindung diri. Namun, terkait besaran masih dilakukan kajian. "Persentase (kenaikan) belum tahu. Dua kali lipat gak, masih wajar," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement