REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) sekaligus Ketua Dewan Pengarah Gugus Tugas Covid-19 Muhadjir Effendy mengatakan, untuk mempercepat kesembuhan pasien Covid-19, pihaknya sedang mengembangkan plasma konvalesen di 20 laboratorium rumah sakit Indonesia. Terapi plasma konvalesen merupakan pemberian plasma dari donor pasien Covid-19 yang telah sembuh kepada pasien yang masih dinyatakan positif.
"Plasma konvalesen sudah dilakukan oleh 20 laboratorium rumah sakit. Tingkat kesembuhan sangat tinggi. Sekarang terus diadakan pengkajian terutama untuk mengetahui kombinasi obat yang tepat," katanya saat dihubungi Republika, Rabu (24/6).
Dikatakan Muhadjir, pihaknya akan terus melakukan kajian plasma konvalesen tersebut. Sebab, plasma ini bisa menyembuhkan pasien Covid-19. "Kalau untuk lebih jelasnya 20 laboratorium itu dimana saja bisa tanya Pak Menkes ya," kata dia.
Sebelumnya diberitakan, Kepala Unit Transfusi Darah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto dr Dwi Novianingtyas mengatakan, terapi pengobatan Covid-19 dengan menggunakan plasma konvalesen memberikan respons baik pasien. Terapi itu membantu pasien terlepas dari ketergantungan ventilator.
"Sejauh ini pemberian plasma memberikan respons yang baik pada pasien-pasien yang kami rawat. Pada pasien on ventilator bisa membantu proses weaning," kata Dwi kepada Antara, Jakarta, Senin (22/6).
Weaning adalah penyapihan atau pelepasan alat bantu pernapasan atau ventilator secara bertahap kepada pasien. Dengan terapi plasma konvalesen membantu perbaikan oksigenasi pada pasien yang impending respiratory failure sehingga pasien tidak perlu sampai terpasang ventilator.
Tetapi, Dwi mengatakan, semua pasien pasti tetap mendapatkan terapi utama Covid-19 seperti antivirus dan multivitamin sesuai dengan panduan. Kata dia, terapi plasma konvalesen hanya bersifat sebagai terapi komplemen atau tambahan.
"Jadi secara garis besar terapi plasma bekerja secara sinergis dengan terapi utama Covid-19," tuturnya.
Hasilnya, pasien yang melakukan terapi plasma konvalesen juga tergantung dengan faktor komorbid pasien atau penyakit penyerta yang dimiliki pasien. "Semakin banyak komorbid maka prognosis juga makin tidak baik," tutur Dwi.