Jumat 19 Jun 2020 09:59 WIB
Bintang emon

Kisah Lucuan Jerman, Cak Durasim, Kasino,Hingga Bintang Emon

Kisah lucuan sepanjang zaman

Komedian Iegendaris nggris Charlie Chaplien, memerankan Hitler.
Foto:

Pembentukan kembali dan kebangkitan ekonomi pada 1930-an dan kemenangan awal Hitler tentu saja membawa gelombang kebanggaan nasional di Jerman. Namun, kala itu ada lucuan yang bernada sarkasme. Misalnya begini.

"Apa artinya ketika langit gelap? Ada begitu banyak pesawat di udara sehingga burung-burung harus berjalan."

Memang waktu itu banyak orang Jerman memuji Hitler karena dianggap mampu mengembalikan kehormatan negara itu setelah kekalahan Perang Dunia I, krisis ekonomi, dan pergolakan politik tahun 1920-an. Uniknya lagi, meski humor atau lucuan kadang dianggap berbahaya, selama masa Perang Dunia II rezim Hitler berusaha menghibur pasukan dan mengalihkan perhatian penduduk sipil Jerman dengan cara mempromosikan film komedi. Lelucon tentang pasukan Italia yang tidak terorganisasi banyak ditampilkan. Ini salah satu contoh adegan lucuan di film itu.

Markas besar tentara Jerman menerima berita bahwa Mussolini Italia telah bergabung dalam perang.

"Kita harus menyiapkan 10 divisi untuk melawannya!" kata seorang jenderal.

"Tidak, dia ada di pihak kita," kata yang lain.

"Oh, kalau begitu kita akan membutuhkan 20 divisi."

Bahkan, ketika menjadi jelas bahwa Jerman kalah perang dan pengeboman Sekutu mulai memusnahkan kota-kota Jerman, situasi buruk negara itu berubah menjadi sarkasme pahit dalam lucuan seperti ini.

"Apa yang akan kamu lakukan setelah perang?"

"Aku akhirnya akan pergi berlibur dan akan melakukan perjalanan keliling Jerman Raya!"

"Dan apa yang akan kamu lakukan di sore hari?" (Maksudnya, ingin mengatakan faktanya mereka sudah tak punya apa-apa lagi karena pengeboman semasa perang yang dikatakatan Hitler untuk kejayaan Jerman Raya. Jadi, tak usah lagi bermimpi itu ketika hendak tidur di malam hari--Red).

Namun, menceritakan lelucon semacam itu pun sempat dianggap berbahaya. Kekalahan menjadi pelanggaran yang bisa dihukum mati dan lelucon bisa membuat dieksekusi. Ini terjadi dengan kekalahan Jerman di Stalingrad yang kemudian berimbas pada gelombang pertama kampanye pengeboman terhadap kota-kota Jerman. "Saat itu humor politis berubah menjadi humor tiang gantungan. Kekonyolan humor memberi jalan bagi sarkasme biasa atau yang nyata," kata Herzog.

Akhirnya apa yang terjadi pada sosok lucuan Cak Durasim pada zaman Jepang atau humor orang Jerman terhadap Hitler memang bisa bolak-balik artinya: dari lucu hingga amarah, bahkan pidana. Namun, ingat ya pesan mendiang Kasino Warkop yang ternyata plesetan dari soal humor di Jerman: Tertawalah sebelum tertawa dilarang.

Jadi, jangan sedih ya komedian masa kini seperti Bintang Emon yang membuat lucuan soal penyirman air keras Novel Baswedan? Sebab, kita semua percaya: Saya tertawa, jadi saya masih hidup!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement