Ahad 14 Jun 2020 16:09 WIB

Manajemen Konflik Keluarga Amil di Masa Pandemi Covid-19

Manajemen Konflik Keluarga Amil di Masa Pandemi Covid-19

Nana Sudiana
Foto:

Kebijakan untuk mencegah penularan covid-19 bermuara pada adanya pembatasan kehidupan sosial. Pembatasan yang dikenal dengan social distancing yang diikuti physical distancing jelas mengurangi pergerakan orang dan mobilitasnya. Pembatasan ini berlaku untuk urusan kerja, sekolah maupun aktivitas sosial lainnya.

Pembatasan ini tak pasti waktunya. Bisa terus diperpanjang sesuai kondisi di lapangan dan melihat dinamika penularan virus yang terjadi di sebuah wilayah yang ada. Jelas dengan begitu, pembatasan ini waktunya bisa sangat panjang. Bisa dua pekan, sebulan atau beberapa bulan.

Dalam kondisi serba tak pasti ini. Keluarga para amil terpaksa terus menjalani masa karantina ini. Waktu yang dihabiskan pada dasarnya bisa  selama berminggu-minggu, malah bisa pula berbulan-bulan. Dalam kondisi tertentu, situasi serba tak pasti ini bisa berujung munculnya rasa was-was, kekhawatiran atau ketakutan bagi pasangan keluarga amil, dan keluarganya.

Walau pada awalnya, para amil senang dan menyambut gembira berbagai kebijakan dan protokol pencegahan covid-19 yang berujung pada munculnya Work From Home atau Study From Home (WFH/SFH). Intinya akan ada waktu stay at home (berada di rumah) lebih banyak dari di luar rumah.

Para amil yang selama ini lebih sering meninggalkan keluarga untuk urusan tugas dan aktivitas amil dari lembaganya masing-masing, berharap akan bisa menemani keluarganya ketika WFH atau stay at home

Namun, tak semua amil dan anggota keluarga mereka siap untuk menjalani hal ini. Situasi PSBB atau lockdown yang mengarah pada adanya semacam karantina wilayah yang konsekuensinya semua orang diminta tetap berada di rumah jelas bukan hal mudah. Sejumlah amil dan pasangannya serta anak-anaknya yang bisa menjalani ini dengan baik, tentu akan membangun kedekatan dan peningkatan relasi yang semakin baik.

Tapi, ternyata ada sebagian keluarga amil yang memiliki kendala dalam menjalani masa karantina ini. Harapan awal bahwa situasi ini akan berkontribusi pada meningkatnya suasana yang bisa mempererat kebersamaan sebuah keluarga, tak seindah aslinya.

Di tengah kebersamaan yang terjadi, tak jarang muncul situasi yang malah berujung pada situasi yang tidak nyaman. Situasi dimana anggota keluarga yang ada malah secara sengaja atau tidak sengaja justru memperuncing perbedaan dan meningkatkan konflik.

Menghabiskan waktu bersama keluarga, bila tak tepat pengelolaannya, justru bisa menimbulkan emosi, ketegangan, perseteruan, hingga kekerasan dalam rumah tangga. Belum lagi, tingkat stres cenderung meningkat saat menjalani karantina.

Sejumlah ahli psikologi mengatakan situasi stres secara perlahan bisa membuat manusia jatuh dalam kondisi: behavioral disengagement. Situasi ini sendiri merupakan kondisi saat seseorang kurang berusaha dalam menghadapi stressor. Tak sedikit juga orang yang menyerah, memilih lebih banyak melamun, berkhayal, tidur, atau terpaku menonton televisi untuk melarikan diri dari masalah.

Menuju Resolusi Konflik Keluarga

Menjaga keharmonisan keluarga bagi amil adalah kewajiban. Apapun yang terjadi, para amil harus mengambil hikmah atas pandemi Covid-19 ini dan berusaha mengambil sisi positif dari situasi ini.

Kalau selama ini aktivitas pekerjaan ayah dan ibu keluarga amil ini banyak dilakukan di kantor atau di luar rumah, maka ketika pandemi inu, waktu bagi keluarga jadi lebih banyak. Ini jarang terjadi, bahkan kalaupun ada, sangat terbatas sekali dan biasanya tak lama. Apalagi bisa berminggu-minggu di rumah.

Hikmah positifnya, waktu berinteraksi bersama istri dan anak-anak di rumah jadi lebih banyak. Dan dari kebersamaan ini masing-masing anggota keluarga jadi mengerti betul karakter dan sifat masing-masing, baik yang positif maupun yang negatif.

Para ayah amil atau Ibu Amil, mari sekuat tenaga bekerja lebih keras untuk menyatukan anggota keluarga dalam kebersamaan yang harmonis. Jangan biarkan dampak buruk covid-19 ini bertambah dan menjadi jauh lebih buruk lagi bagi keluarga kita.

Dengan beragam cara, mari kita tanamkan spirit kebersamaan bagi anggota keluarga kita untuk bisa saling pengertian satu sama lainnya. Juga saling jaga dan saling menyadari kekurangan atau kelemahan masing-masing  dalam menjalani situasi yang tak mudah ini. Situasi sulit yang entah kapan akan berakhir.

Bagi suami istri, walau ada ditengah situasi pandemi, ada baiknya tetap menyediakan waktu luang untuk 'me time'. 'Me time' ini sangat bermanfaat untuk membangun keharmonisan keluarga.

Para pasangan amil juga secara harmonis harus saling mengisi untuk bisa menjaga diri dari stres berlebihan. Setiap pasangan terus belajar untuk memaksimalkan kemampuannya agar bisa mengelola stres. Harapannya, ketika pasangan amil jauh dari stres, maka anak-anak yang ada akan selamat dan jauh dari pelampiasan stres orang tuanya.

Para amil juga bisa saja secara rutin mengajak anggota keluarganya untuk mengalihkan kebosanan, emosi maupun kejenuhan akibat karantina dengan melakukan berbagai kegiatan yang menyenangkan seperti melukis, menulis, masak-memasak, berkebun atau kegiatan lainnya.

#Ditulis pada Ahad, 31 Mei 2020, sebagai pemantik dalam posisi moderator bagi acara Halal Bi Halal IZI dengan tema "Manajemen konflik keluarga selama masa pandemi covid 19 dan  pengaruhnya terhadap kinerja pegawai" bersama Ust. Cahyadi Takariawan yang akan diselenggarakan pada Selasa, 2 Juni 2020.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement