REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, jalur sesar pembangkit gempa Labangka Sumbawa bermagnitudo 5,1 pada Sabtu (13/6) pukul 16.15 WIB belum terpetakan.
"Gempa tersebut dipicu oleh aktivitas sesar aktif dengan mekanisme naik (thrust fault) namun sesar pembangkit gempa belum terpetakan," kata Daryono dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Sabtu (14/6).
Sebelumnya gempa bumi tercatat berkekuatan magnitudo 5,4 kemudian dimutakhirkan menjadi 5,1 dengan episenter terletak pada koordinat 9,04 LS dan 117,90 BT tepatnya di laut pada jarak 70 km arah Tenggara Kota Sumbawa Besar pada kedalaman 11 km.
Guncangan gempa dirasakan paling kuat di Sumbawa hingga mencapai skala intensitas IV MMI menyebabkan banyak warga lari berhamburan ke luar rumah untuk menyelamatkan diri. Guncangan gempa juga dirasakan di Bima, Mataram, Karangasem dan Labuan Bajo.
Dia menjelaskan, aktivitas gempa tersebut tidak memiliki kaitan dengan Gempa Lombok karena disamping jaraknya yang cukup jauh, juga sumber gempanya yang berbeda.
Hingga pukul 19.00 WIB sudah terjadi 25 kali gempa susulan dengan kekuatan gempa yang semakin mengecil.
Lebih lanjut dia mengatakan, episenter Gempa Sumbawa ini terletak sangat berdekatan dengan episenter Gempa Sumbawa berkekuatan magnitudo 5,3 pada Sabtu 13 Juli 2019 yang menyebabkan beberapa rumah warga dan Pura di Sumbawa mengalami kerusakan.