Ahad 14 Jun 2020 06:24 WIB

Dr Andani, Patriot Covid-19 dari Sumbar

BNPB menilai dr Andani layak dicatat sebagai salah satu patriot Covid-19.

Kepala Laboratorium Pusat Diasnostik dan Riset Penyakit Infeksi Universitas Andalas, Padang Dr. dr. Andani Eka Putra, M.Sc
Foto: Republika/Febrian Fachri
Kepala Laboratorium Pusat Diasnostik dan Riset Penyakit Infeksi Universitas Andalas, Padang Dr. dr. Andani Eka Putra, M.Sc

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Febrian Fachri

PADANG -- Penanganan pandemi Covid-19 di Sumatra Barat tak akan lepas dari peran dr Andani Eka Putra. Ia adalah sosok yang memberikan kontribusi besar karena mengomandoi Labolatorium Diagnostik Riset Terpadu Penyakit Infeksi, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang dan Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Wilayah II Bukittinggi. Bahkan BNPB menilai dr Andani layak dicatat sebagai salah satu patriot Covid-19.

"Dari dulu, cita-cita saya memang di lab. Saya sejak dulu memang ingin kita ini punya laboratorium yang bisa bermanfaat bagi orang banyak," kata dr Andani kepada Republika di Kompleks Kampus Unand, Jati, Kota Padang, Kamis (11/6).

Kini, Labolatorium Diagnostik Riset Terpadu Penyakit Infeksi, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang dan Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Wilayah II Bukittinggi menjadi ujung tombak Sumbar dalam upaya memutus rantai Covid-19.

Hal ini dapat dilihat dari etos kerja yang ditunjukannya bersama tim. Ada 55 orang yang berjibaku di labolatorium dengan tiga kali shift kerja. Timnya pun mayoritas mahasiswa S2 dan S3 didikannya di Universitas Andalas.

Terhitung sejak 24 Maret lalu, sudah ada 27 ribu sampel swab yang diperiksa. Dalam sehari, ia bersama tim bisa memeriksa hingga 2.500 sampel. Pemeriksaan sampel tak terbatas pada Pasien Dengan Pengawasan (PDP) tetapi juga Orang Dalam Pengawasan (ODP) dan Orang Tanpa Gejala (OTG).

"Pemeriksaan sampel swab di lab itu menjalankan upaya memutus penularan, bukan sekedar memeriksa sampel orang-orang yang dirawat. Tapi memutus mata rantai. Karena dalam pandemi itu, targetnya adalah hentikan orang-orang yang berpotensi meularkan," ujarnya.

Ia menceritakan Laboratorium Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Universitas Andalas ini mulai ia bangun sejak 2014. Awalnya, labolatorium tersebut adalah labolatorium riset milik pribadi. Mayoritas barang dan peralatan labolatorium pun ia beli dengan uang sendiri. Lalu, semua fasilitas lab tersebut ia hibahkan ke Unand dengan tujuan agar lebih bermanfaat.

"Kalau tidak saya hibahkan, misalkan saya meninggal, kan susah mengurus alat-alat lab ini. Tak lama saya hibahkan ke kampus, ada virus corona. Sekarang fasilitas lab saya semakin lengkap," katanya.

Ketika Covid-19 mulai menjadi pandemi di Indonesia, ia membulatkan tekad untuk ikut terjun. Ia pun meminta kesediaan rekan dan juga mahasiswanya untuk membantu. Tak terkecuali Dekan dan Rektor Universitas Andalas dengan sigap memberikan ruang dan memperbaiki labotatorium. Tak lama, izin lab turun pada 19 Maret 2020 dan pemeriksaan sampel Covid-19 pertama kali dilakukan pada 25 Maret 2020.

Ia mengaku bersyukur upayanya memutus rantai Covid-19 mendapatkan dukungan penuh baik dari pihak universitas maupun pemerintah daerah. Komunikasi yang terjalin membuat proses pelacakan Covid-19 menjadi lebih cepat dan data yang dihasilkan lebih akurat.

"Hubungan baik lab dengan pihak-pihak lain seperti kepala daerah, direktur RS dan kepala dinkes itu mendukung kinerja lab," katanya.

Salah satu bentuk dukungan itu adalah ketika ia mendapatkan bantuan alat PCR (Polymerase Chain Reaction) dari Wali Kota Padang dan bantuan-bantuan dari Pemprov Sumatera Barat dan pihak lainnya. Termasuk pengajuan pengadaan mesin ekstrasi yang tidak memerlukan waktu lama.

Dengan berbagai dukungan itu, lab mampu melampaui target pemeriksaan sampel. Yang semula 300 sampel per hari lalu meningkat jadi 700-800 sampel bahkan pernah mencapai 1.500 sampel per hari. Angka itu naik signifikan ketika mesin ekstrasi tiba. Sampel yang diperiksa bisa mencapai 2.500 per hari.

“Itu karena kami bekerja 22 jam sehari. Mulai bekerja habis shubuh pukul 05.30 dan baru selesai pukul 03.30 setiap hari. Sampai hari ini, tidak ada satu pun labolatorium di Indonesia yang bisa melampaui hasil 1.100 per hari. Baik laboratorium Litbang Kemenkeas, Litbangkes DKI Jakarta, dan LBM Eijkman. Sebab, di luar laboratorium kami di FK Unand, ya tiga itu saja yang terbilang besar,” katanya.

 

Ia pun yakin kondisi pandemi saat ini merupakan kesempatan baginya untuk berkontribusi bagi negara. "Karena bagi saya, berikanlah pertolongan kepada orang-orang. Allah akan membalasnya dengan cara yang tidak kita duga," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement