Selasa 09 Jun 2020 21:23 WIB

KCI Diminta Manfaatkan Aplikasi Atasi Penumpukan Penumpang

MTI berharap aplikasi KCI bisa memberitahukan tingkat keramaian penumpang di stasiun

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Penumpang kereta rel listrik (KRL) commuter line menunggu kereta di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Selasa (9/6/2020). Kepadatan penumpang terjadi di beberapa stasiun KRL pada penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi fase I, terutama saat jam sibuk mulai pukul 07
Foto: ANTARA/MUHAMMAD ADIMAJA
Penumpang kereta rel listrik (KRL) commuter line menunggu kereta di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Selasa (9/6/2020). Kepadatan penumpang terjadi di beberapa stasiun KRL pada penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi fase I, terutama saat jam sibuk mulai pukul 07

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Jakarta Tori Damantoro mengatakan PT. Kereta Commuter Indonesia (KCI) harus memanfaatkan aplikasi yang mereka punya. Di dalam aplikasi tersebut terdapat pemberitahuan di dalam gerbong dan stasiun itu ramai dengan penumpang atau tidak. Sehingga tidak terjadi antrean panjang di setiap stasiun.

"Jadi, platform digital PT. KCI harus dimanfaatkan pada masa pandemi Covid-19 ini. Sebab, masyarakat bisa mengetahui stasiun dan gerbong kereta api sudah penuh penumpang atau tidak. Sehingga mereka mempunyai pilihan untuk menggunakan transportasi umum yang lainnya," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (9/6).

Kemudian, ia melanjutkan PT. KCI bisa meniru google maps. Di dalam google maps lengkap sekali beserta keterangannya. Seperti tanda berwarna merah berarti jalan tersebut ada kemacetan. Sehingga masyarakat bisa memilih jalan yang lain. Ia yakin PT. KCI bisa membuat seperti itu di saat pandemi Covid-19 seperti ini. Jika ini dilakukan masyarakat tidak akan mengantre dan penuh di dalam gerbong kereta api.

Ia menambahkan pemerintah harusnya memperhitungkan dan menambah sarana transportasi untuk masyarakat saat PSBB transisi ini. Sebab, physical distancing saat ini penting untuk diterapkan. Maka dari itu, harus dipikirkan berapa subsidinya, berapa yang harus ditambah untuk transportasi umum dan sebagainya.

"Harusnya sejak awal pemerintah sudah memikirkan transportasi umum yang digunakan masyarakat. Ini kan konsekuensi adanya pelonggaran PSBB. Masyarakat ada dua macam captive market dan choice. Yang captive tidak punya pilihan karena keterbatasan ekonomi dan choice bisa memilih. Ini harusnya sudah dipikirkan," kata dia.

Sebelumnya diketahui, Vice President Corporate Communications KCI Anne Purba mengatakan dalam PSBB Transisi ia memberlakukan pembatasan penumpang sejumlah 35 sampai 40 persen dari kapasitas atau sekitar 74 penumpang per kereta di KRL (Kereta Rel Listrik). Pembatasan ini ada agar terjaga jarak aman diantara penumpang di dalam KRL di tengah pandemi Covid-19. Ini akan diberlakukan setiap hari dan pihaknya mengimbau agar penumpang tetap mematuhi peraturan yang sudah diterapkan. 

"Upaya yang kami lakukan adalah pembatasan masuk stasiun dan KRL. Sehingga penumpang di stasiun-stasiun berikutnya juga dapat terlayani.  Pembatasan ini dengan penyekatan oleh petugas di sejumlah titik menuju ke peron antara lain di hall stasiun, sebelum masuk gate electronic stasiun dan di koridor menuju ke peron. Dalam mengatur antrean petugas juga senantiasa mengingatkan pengguna untuk jaga jarak," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (9/6).

Kemudian, Anne melanjutkan antrean pengguna ini masih akan terjadi di hari-hari berikutnya. Ia mengungkapkan PT KCI sudah menyiapkan sejumlah tahapan untuk menambah batasan kapasitas pengguna yang diizinkan dalam KRL jika volume pengguna terus naik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement