Selasa 09 Jun 2020 18:44 WIB

Di Selatan Cianjur Guru Datangi Murid yang tak Berinternet

Guru sengaja ke rumah murid agar mereka tetap bisa belajar dan ulangan.

Seorang guru SMA Negeri 1 Kabila mengawasi siswa yang melakukan ujian semester secara luar jaringan (luring) di rumah di Poowo Barat, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Selasa (9/6/2020). Hal yang sama dilakukan sejumlah guru di wilayah selatan Cianjur, Jawa Barat, Kesulitan internet membuat guru mendatangi rumah muridnya.
Foto: Antara/Adiwinata Solihin
Seorang guru SMA Negeri 1 Kabila mengawasi siswa yang melakukan ujian semester secara luar jaringan (luring) di rumah di Poowo Barat, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Selasa (9/6/2020). Hal yang sama dilakukan sejumlah guru di wilayah selatan Cianjur, Jawa Barat, Kesulitan internet membuat guru mendatangi rumah muridnya.

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Minimnya sarana dan prasarana penunjang terutama jaringan internet di wilayah selatan Cianjur, Jawa Barat, membuat sebagian besar tenaga pengajar di wilayah tersebut tetap harus turun langsung dari rumah ke rumah. Mereka sengaja menyambangi murid agar tetap menjalani proses belajar mengajar di rumah.

Seperti yang dijalani Dodi Riana guru honorer SDN Jaya Mekar, Desa Muara Cikadu, Kecamatan Sindangbarang. Sejak diberlakukannya pembelajaran di rumah bagi siswa selama pandemi Covid-19, guru dan siswa di wilayah selatan yang tidak memiliki layanan internet yang baik atau sebagian besar siswa tidak memiliki telepon pintar terkendala dalam urusan belajar.

Baca Juga

Dia dan beberapa orang guru lainnya harus melakukan kunjungan ke rumah siswa sebagai bentuk bimbingan belajar terutama saat memasuki ujian yang berlangsung sejak beberapa hari yang lalu. Karena sebagian besar siswanya tidak memiliki telepon pintar layaknya siswa di perkotaan.

"Sejak pemberlakuan sekolah di rumah selama pandemi, kami tidak berhenti mengajar karena sebagian besar siswa tidak memiliki telepon pintar. Sehingga kami jemput bola dengan mendatangi rumah siswa yang jaraknya saling berjauhan," katanya saat dihubungi wartawan Selasa (9/6).

Ia menjelaskan, setiap hari dia bersama seorang guru honorer lainnya mampu mendampingi 6 sampai 10 orang siswa yang menjalankan ujian secara manual karena keterbatasan telepon pintar. Namun, ketika hujan turun deras, hanya 4 sampai enam orang yang dapat didampingi.

Letak geografis rumah siswa yang cukup jauh membuat pihaknya tidak dapat memaksimalkan pendampingan terhadap siswa setiap harinya. Meskipun untuk sampai ke lokasi rumah siswa yang berjarak 10 kilometer dari tempat tinggalnya, namun jalan yang rusak membutuhkan waktu yang cukup lama.

Tidak jarang, sepeda motor hanya bisa dititipkan di rumah warga karena untuk sampai ke rumah siswa yang dituju, hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki. "Kalau yang jauh tidak dapat ditempuh dengan sepeda motor, otomatis membutuhkan waktu yang cukup lama," katanya.

Meskipun tetap harus mendampingi siswa langsung ke rumahnya masing-masing selama menjalani ujian, tutur dia, hal tersebut dijalani dengan sepenuh hati. Besar harapan dia hasil ujian siswa dapat memuaskan dan seluruh siswa naik kelas.

"Harapan kami jaringan internet bisa sampai ke pelosok, sehingga upaya pendampingan dapat dilakukan melalui telepon pintar. Meskipun masih sulit, kami tetap menikmati upaya pendampingan secara langsung seperti sekarang meskipun waktu yang kami miliki terbatas," katanya.

Ia menambahkan, buruknya infrastruktur di wilayah selatan dapat menjadi perhatian dinas terkait di Pemkab Cianjur. Pemerintah daerah diminta segera memperbaiki infrastruktur demi membantu meningkatkan indeks pendidikan dan perekonomian warga sekitar.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement