Ahad 07 Jun 2020 13:31 WIB

Dinas KUKUM Jabar Libatkan UKM Produksi 2 Juta Masker Kain

Setiap UMKM ditargetkan untuk memproduksi sekitar 10.000 masker kain

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Guru membimbing siswa penyandang disabilitas menyelesaikan produksi masker berbahan kain di Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, Kota Cimahi, Senin (6/4). Masker berbahan kain buatan siswa penyandang disabilitas tersebut untuk dibagikan gratis kepada tenaga medis di puskmesmas, pengemudi ojek daring, petugas kebersihan, pedagang dan masyarakat umum yang memerlukan sebagai bentuk kepedulian dalam upaya mencegah penyebaran virus Corona (Covid-19)
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Guru membimbing siswa penyandang disabilitas menyelesaikan produksi masker berbahan kain di Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, Kota Cimahi, Senin (6/4). Masker berbahan kain buatan siswa penyandang disabilitas tersebut untuk dibagikan gratis kepada tenaga medis di puskmesmas, pengemudi ojek daring, petugas kebersihan, pedagang dan masyarakat umum yang memerlukan sebagai bentuk kepedulian dalam upaya mencegah penyebaran virus Corona (Covid-19)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG --Pandemi COVID-19 memukul ribuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Jawa Barat (Jabar). Menurunnya daya beli masyarakat membuat roda produksi UMKM terhambat. Di beberapa sektor, seperti kuliner, ekonomi kreatif (ekraf), dan jasa, bahkan terhenti. Hal itu berdampak pada penghasilan UMKM. 

Menurut Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Jabar Kusmana Hartadji, untuk menggerakan produksi UMKM yang terhambat maupun terhenti, Pemerintah Provinsi Jabar melibatkan sekitar 200 UMKM, yang tersebar, di 27 kabupaten/kota untuk memproduksi 2 juta masker kain. Masker kain tersebut, nantinya akan didistribusikan kepada masyarakat Jabar. 

Kusmana mengatakan, masker kain dipilih karena ratusan UMKM Jabar mulai memproduksi Alat Pelindung Diri (APD). Setiap UMKM ditargetkan untuk memproduksi sekitar 10.000 masker kain. 

"Pemprov Jabar menyerap produk-produk masker kain dari UMKM, supaya mereka kembali bergerak. Kita fasilitasi mereka untuk membuat masker kain yang akan kita distribusikan kepada masyarakat," ujar Kusmana di Kota Bandung, akhir pekan ini.

Langkah pertama yang dilakukan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Jabar, kata dia, adalah menginventariasi UMKM yang memproduksi APD. Ada sekitar 800 UMKM di Jabar membuat APD. Yakni, mulai dari masker, sarung tangan, dan baju hazmat. Setelah itu, pihaknya menentukan spesifikasi yang mesti dipenuhi UMKM.

"Ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi UMKM, seperti izin usaha. Kami menemukan beberapa kendala, seperti UMKM yang kekurangan modal, di awal produksi atau tengah produksi. Kami bayar sebagian (dari total) lebih dulu, supaya mereka dapat bergerak," paparnya.

Kusmana menyatakan, pemanfaatan platform digital dilakukan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Jabar, supaya UMKM dapat menjangkau pasar yang luas. Saat ini, sudah ada 20 persen dari 4,6 juta UMKM di Jabar telah mengakses platform digital dalam melakukan transaksi. 

Selain dapat memperluas pasar UMKM di Jabar, platform digital mampu mengurangi risiko penyebaran Covid-19. Sebab, transaksi jual-beli tidak dilakukan secara tatap muka. Meski begitu, menurut Kusmana, ada beberapa UMKM terkendala koneksi internet. 

"Banyak UMKM yang memanfaatkan penjualan secara digital, seperti sosial media. Peningkatan penghasilan menyentuh 20-30 persen setelah UMKM tersebut memanfaatkan platform digital," katanya. 

Kusmana mengatakan, untuk menggerakkan kembali UMKM, pemerintah pusat merelaksasi restrukturisasi kredit, seperti penundaan cicilan dan subsidi pembayaran bunga kredit. 

"Perbankan yang berada dinaungan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), yakni bank bjb, pun sudah melakukan relaksasi tersebut. Kami juga sedang merintis badan layanan umum atau UPTD untuk menyalurkan dana bergulir untuk UMKM terdampak Covid-19 akan kembali berproduksi," paparnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement