Senin 25 May 2020 14:29 WIB

Haedar Nashir: Tidak Boleh Lengah Atas Nama Berdamai

Pernyataan berdamai dengan Corona sebenarnya hanya persoalan terminologi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (kedua kanan).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (kedua kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada semua tenaga kesehatan di Indonesia. Utamanya, karena selama ini telah rela berjuang merawat pasien Covid-19.

"Saya selalu menyebut dengan penuh pertaruhan jiwa sehingga PP Muhammadiyah selain mengapresiasi, bahkan selalu menggunakan kata ini sebagai jihad fi sabilillah," kata Haedar saat mengisi Haedar Menyapa, Ahad (24/5).

Pada kesempatan itu, Haedar menyapa dokter, perawat Rumah Sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah (RSMA), pasien Covid-19 yang sudah sembuh, keluarga pasien Covid-19 dan warga Muhammadiyah di luar negeri yang tidak bisa pulang mudik.

Ada dr Dimas dan perawat Ulyarni dari RSI Jakarta Cempaka Putih, dr Nining dan perawat Lina Melati dari RS Muh Siti Khotijah Sidoarjo, dr Agus Candra dan perawat Rini dari RS Muh. Palangkaraya dan Direktur RS Muh. Palembang, dr Widodo Pangestu.

Ada pula Suyono dan istri, pasien sembuh RS Siti Khodijah, dan Savina pasien sembuh di RS PKU Muhammadiyah Wonosobo. Serta, keluarga Siti Nur Febrianti, kader IPM dari Tanah Abang dan Yuniar Wardani, warga Muhammadiyah Taiwan.

Dr Dimas dari RSI Jakarta Cempaka Putih menyampaikan, tidak bisa dipungkiri awalnya merasa khawatir bahkan takut ketika harus menangani pasien Covid-19. Tapi, ia bersyukur, rumah sakit memfasilitasi APD yang memadai. "Dan ruang perawatan isolasi yang standar," kata Dimas.

Soal duka ketika menangani pasien Covid-19, Dr Sri dari RS Siti Khodijah Sidoarjo mengungkapkan, penolakan dari pasien dan keluarga terhadap kondisi yang dialami. Bahkan, ada pula yang sampai melarikan diri.

"Sehingga, membutuhkan upaya ekstra untuk mengedukasi kalau mereka Pasien Dalam Pengawasan (PDP)," ujar Sri.

Terkait kebutuhan APD, Direktur RS Muhammadiyah Palembang, dr Widodo Pangestu mengungkapkan, saat ini semua sudah cukup terpenuhi. Bahkan, mempunyai cadangan untuk beberapa bulan ke depan.

"Kita disini APD cukup untuk dua bulan ke depan karenad ibantu hampir semua pihak di Palembang baik persyarikatan maupun lainnya," kata Widodo.

Haedar turut mengomentari kondisi Covid-19 di Indonesia hari ini yang mana relaksasi PSBB mulai diterapkan beberapa daerah. Termasuk, soal pernyataan petinggi-petinggi negara yang mengajak masyarakat berdamai dengan Corona.

Ia berpendapat, pernyataan berdamai dengan Corona sebenarnya hanya persoalan terminologi. Poinnya, semua harus menangani secara sungguh-sungguh dan tidak boleh lengah atau mengabaikan sesuatu atas nama berdamai.

"Dan, tidak boleh kita mengabaikan sesuatu atas nama berdamai atau kita membiarkan sesuatu yang nanti justru bermasalah atas nama berdamai," ujar Haedar melalui teleconference yang disiarkan TV dan medsos Muhammadiyah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement