REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak hal yang dapat diingat maupun diambil hikmahnya pada saat merayakan Hari Raya Idul Fitri. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD, merasa, ia dapat mengenang masa kecilnya sekaligus menjadikan hal tersebut sebagai refleksi diri di masa sekarang.
"Kumpul keluarga yang berjauhan, kerja di tempat berbeda, itu biasanya kumpul seperti ketika di masa kecil. Makan bersama di tempat yang sama dengan semua anggota keluarga," tutur Mahfud sembari mengenang lebaran yang telah ia lalui selama ini saat berbincang dengan Republika, Selasa (19/5).
Mahfud mengisahkan, hal paling berkesan yang ia rasakan di bulan Ramadhan ada pada malam terakhir sebelum Idul Fitri. Pada malam sebelum lebaran, ia beserta keluarganya berkumpul duduk bersama di lantai untuk makan malam. Ada menu andalan selalu disajikan pada saat melakukan kegiatan tersebut, yakni sate dan gulai madura.
"Biasanya kami kumpul keluarga besar itu duduk di bawah lalu makan sate dan gulai madura. Itu sangat khas ya rasanya. Sehingga berbeda dengan gulai-gulai yang ada di restoran dan sebagainya," kata dia.
Mantan ketua Mahkamah Konstitusi itu menuturkan, hal yang bisa diambil kegiatan tersebut bukan hanya soal makanannya saja, tetapi juga memori masa kecil yang ikut hadir. Ketika melakukan makan malam itu Mahfud dapat mengingat ketika ibundanya melayani anak-anaknya yang sudah bersama-sama duduk di lantai.
"Sesudah itu, biasanya kesan berikutnya yang sekarang tidak bisa dilakukan, sehabis shalat Idul Fitri biasanya ziarah ke kuburan orang tua. Ada yang mempersoalkan ziarah itu boleh atau tidak. Tapi saya penganut yang boleh karena ada haditsnya," terang dia.
Kemudian, setelah berziarah, ia biasanya bertamu ke rumah tetangga. Ada kebiasaan yang menurutnya mengasyikan di Madura, yakni setiap rumah pasti menyediakan makan besar sepanjang hari pada saat Idul Fitri. Orang-orang yang bertamu harus mau makan makanan yang telah disediakan tersebut.
"Jadi makanan besar itu bukan hanya disediakan pada saat waktu makan siang atau sarapan pagi, tapi sepanjang hari siapa pun yang ke rumah itu harus makan dan itu asyiknya juga sebagai tradisi," jelas Mahfud.
Perayaan Idul Fitri sebagai tradisi bagi Mahfud ialah kesempatan untuk mengenang masa kecil. Dengan mengenang masa-masa tersebut, maka seseorang tidak akan lupa dari mana dia berasal. Dengan itu pula, seseorang dapat melakukan refleksi diri terhadap dirinya saat ini.
"Sehingga kita tahu diri kita itu asalnya, dulunya, seperti apa dan sekarang seperti apa dan seharusnya bagaimana merefleksi masa lalu itu untuk keperluan masa kini," kata dia.