Jumat 22 May 2020 23:14 WIB

GTPP Covid-19 Papua Barat Imbau Warga tak Takut Karantina

GTPP Covid-19 menilai karantina penting untuk cegah penularan

Pasien Positif COVID-19, Yohanes Tentua berusia 71 tahun (ketiga kiri) mengangkat tangan sebagai ucapan syukur usai dikarantina selama 14 hari di Balai Diklat Kampung Salak, Kota Sorong, Papua Barat, Senin (11/5/2020). Yohanes merupakan salah satu pasien positif COVID-19 dengan riwayat penyakit bawaan Tuberculosis (TBC) yang dinyatakan negatif usai perawatan dan karantina selama 14 hari di Balai Diklat Kota Sorong bersama keluarganya.
Foto: Antara/Olha Mulalinda
Pasien Positif COVID-19, Yohanes Tentua berusia 71 tahun (ketiga kiri) mengangkat tangan sebagai ucapan syukur usai dikarantina selama 14 hari di Balai Diklat Kampung Salak, Kota Sorong, Papua Barat, Senin (11/5/2020). Yohanes merupakan salah satu pasien positif COVID-19 dengan riwayat penyakit bawaan Tuberculosis (TBC) yang dinyatakan negatif usai perawatan dan karantina selama 14 hari di Balai Diklat Kota Sorong bersama keluarganya.

REPUBLIKA.CO.ID, MANOKWARI -- Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Papua Barat mengimbau masyarakat tidak takut menjalani karantina secara terpusat.

"Terutama warga yang terkonfirmasi positif dari kelompok OTG (orang tanpa gejala). Meskipun yang bersangkutan tidak mengalami keluhan, namun OTG positif Covid-19 ini bisa menularkan kepada yang lain," kata juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Papua Barat Arnoldus Tiniap di Manokwari, Jumat (22/5).

Dia menjelaskan, OTG adalah orang yang memiliki riwayat kontak dekat dengan pasien positif. Potensi terjangkit Covid-19 bagi mereka cukup besar dan terbukti 85 persen pasien positif di Indonesia berasal dari kelompok tersebut.

"Termasuk di Papua Barat, sebagian besar pasien positif di sini berasal dari kelompok OTG. Di satu sisi potensi kesembuhan mereka cukup besar, tapi di sisi lain kalau tidak segera dikarantina mereka berpotensi besar untuk menularkan kepada yang lain," ucap Arnold lagi.

Menurutnya, jumlah OTG akan terus meningkat seiring penambahan kasus positif. Pemeriksaan dan pemantauan bagi mereka harus dilakukan untuk memastikan yang bersangkutan aman dan tidak menjadi sumber penularan.

"Di sinilah pentingnya karantina secara terpusat, untuk memastikan agar tidak terjadi penularan atau memutus mata rantai penyebaran COVID-19 agar tidak meluas. Jadi tujuannya, tidak lain hanya untuk menyelamatkan keluarga dan masyarakat sekitar agar tidak ikut-ikutan terpapar virus," ujarnya lagi.

Arnold mengutarakan di Papua Barat sudah ada beberapa daerah yang menerapkan karantina terpusat diantaranya Kabupaten Teluk Wondama, Sorong, Teluk Bintuni, Kota Sorong, termasuk gugus tugas COVID-19 provinsi di Manokwari. Ia berharap kabupaten lain segera menerapkan hal serupa dengan demikian seluruh daerah serentak menerapkan upaya yang sama dalam menekan penyebaran pandemi ini.

Ia menyebut karantina terpusat terbukti lebih efektif untuk memutus mata rantai penularan. Hal itu karena interaksi mereka terbatas dan setiap saat dalam pemantauan petugas kesehatan.

"Sedangkan karantina mandiri tidak bisa maksimal karena setidaknya akan ada interaksi dekat dengan keluarga terutama yang tinggal serumah. Di sinilah penularan sangat mungkin terjadi," kata Arnold menambahkan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement