Selasa 19 May 2020 05:11 WIB

Bang Haji Doni Kawal Majelis Ulama Hadapi Covid-19

Selain media, mitra strategis Gugus Tugas Covid-19 adalah MUI.

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo.
Foto:

Bukan cuma wartawan yang menjadi ujung tombak. Mitra strategis lainnya, bagi Doni sebagai Kepala Pelaksana Gugus Tugas Covid-19, adalah MUI.

Saat berbuka puasa, Doni menceritakan kepada istrinya tentang istilah baru ‘4 Sehat 5 Sempurna’. “Apakah Ibu sudah tahu istilah 4 sehat 5 sempurna versi gugus tugas covid-19?”

Santi Ariviani langsung cepat merespons. “Sudah tahulah, kan baca di media online,” kata Santi tersenyum.

Itulah kedatangan Santi yang kelima kalinya mengunjungi suaminya. Selama menjadi kepala gugus tugas, sudah sembilan pekan, Doni tidur di kantornya, Graha BNPB. Santi tidak lupa membawa makanan untuk buka puasa dan sahur. Kali ini ia membuat udang balado spesial kesukaan Doni. Sang istri juga kembali membawa dokter Eva yang siap memeriksakan kesehatan suaminya.

Saat berbuka puasa itu pula Doni menyinggung kepada stafnya ingin mengunjungi kantor Pusat MUI di Jalan Proklamasi Nomor 51, Menteng, Jakarta Pusat. Ia ingin mengetahui persoalan dari para ulama. Sekaligus menyosialisasikan gerakan ‘4 sehat 5 sempurna’ tersebut.

Saat makan sahur, Ahad (17/5/2020), penulis menanyakan pengalamannya saat menunaikan ibadah haji. Doni bercerita ia menunaikan ibadah haji saat menjadi Komandan Korem Suryakencana di Bogor. “Saya ingat betul pengalaman rohani naik haji, Oktober 2010.”

Makan sahur bersama Kolonel Hasyim dan penulis. Doni kembali menyantap udang balado, kiriman istrinya, serta sayur asam. Saat sahur, ia biasa tampil dengan kaos. Kali ini kaos dan celana sport hitam. Obrolan ringan seputar covid-19 dan niatnya yang total menjalani pekerjaan.

“Idul Fitri kita bersama lagi ya. Saya butuh cerita juga dari sahabat wartawan tentang perang siklus satu abad ini.” “Siap, Bang,” jawab penulis. 

Sidang tesis

Ahad pagi, tepat pukul 10.00, ia bergerak ke kantor MUI. Di dalam ruangan, Doni didampingi Kolonel Hasyim Laihakim dan penulis. Ia berhadapan dengan para ulama bergelar doktor.

Mereka adalah; Doktor Amirsyah Tambunan (wakil sekjen), Doktor Najamuddin Ramly (wakil sekjen MUI), Doktor Sodikun (ketua komisi seni dan budaya MUI), Doktor Cholil Nafis (sekretaris satgas covid-19 MUI), serta Masduki Badlowi (ketua infokom MUI). Doni pun seperti menghadapi sidang tesis magister di lantai 2 Kantor Pusat MUI. 

Mengenakan baju koko lengan panjang putih disertai masker hitam dan celana hitam. Doni memakai kopiah hitam. Serasi dengan tuan rumah yang semuanya menggunakan kopiah hitam.

Dalam ‘sidang tesis’ tersebut, para ulama itu memanggil Doni dengan sebutan ‘bapak jenderal’. “Bapak jenderal, kapan berakhirnya covid-19 di Indonesia?” kata Najamuddin Ramly.

Doni menjelaskan, ia mengikuti perkembangan informasi, termasuk dari Badan Kesehatan Dunia, WHO (World Health Organization).  Semula, kata jenderal bintang tiga itu, ada harapan ditemukannya vaksin. Ternyata hari ini pun tidak ada jaminan vaksin akan ditemukan dalam waktu yang singkat.

Pakar di bidang epidemiologi, lanjut Doni, yang mengatakan sangat mungkin Covid-19 ini tidak bisa punah. “Artinya kita harus menyiapkan sebuah strategi dan kontinjensi untuk menghadapi wabah ini.”

Sinergi antara pemerintah dan semua komponen bangsa selama ini selalu dikampanyekan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Tujuannya, menurut mantan sekretaris jenderal Dewan Ketahanan Nasional itu, agar tercipta kolaborasi pentahelix berbasis komunitas.

Dalam penthahelix ada lima komponen: pemerintah (pusat maupun daerah); akademisi atau ilmuwan; dunia usaha; komunitas masyarakat termasuk pemuka agama; media massa. "Kalau komponen ini bisa bersatu padu ikut memberikan upaya-upaya meningkatkan kesadaran kolektif terhadap upaya pencegahan covid-19, akan jauh lebih efektif," ujarnya, optimistis.

Ia ingin masyarakat tidak lagi terbelah hanya gara-gara pilihan politik saat pilkada maupun pilpres. Lupakan masalah itu, karena sudah selesai. Ada musuh bersama saat ini, di antaranya covid-19.

“Saya tidak punya masalah dengan orang yang berbeda pilihan politik. Itu pilihan demokrasi. Tapi semua komponen bangsa harus bersatu, disiplin, dan optimistis kita harus bisa melalui wabah ini.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement