Kamis 14 May 2020 23:58 WIB

Lima Santri Temboro Asal NTB Reaktif Saat Rapid Test

Dari lima reaktif, dua orang tak dibawa karena orang tua santri melarang karantina

Santri dari Pondok Al Fatah Temboro, Magetan tiba di Terminal 2 Bandara Internasional Juanda
Foto: ANTARA/Umarul Faruq
Santri dari Pondok Al Fatah Temboro, Magetan tiba di Terminal 2 Bandara Internasional Juanda

REPUBLIKA.CO.ID,  MATARAM -- Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, memastikan lima dari enam santri yang pulang dari Pondok Pesantren Al Fatah, Temboro, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, reaktif COVID-19 setelah melakukan rapid test.

Kepala Bidang Pencegahan Penanggulangan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan (P3KL), Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat H Ahmad Taufiq Fatonidi Lombok Barat, Kamis mengatakan pihaknya sudah melakukan rapid test terhadap enam santri tersebut di Kecamatan Batulayar, pada Senin (12/5).

"Dari lima santri yang hasil tesnya reaktif, baru tiga orang yang bisa dibawa ke Sanggar Mutu untuk dikarantina, karena rata-rata orang tuanya menolak untuk dilaksanakan pemeriksaan. Ini yang paling berat," katanya.

Ia menyebutkan jumlah santri Temboro asal Kecamatan Batu Layar 18 orang. Menurut dia, yang menjadi tantangan adalah orang tuanya tidak mengizinkan anaknya melakukan rapid test guna memastikan tidak terkena virus corona.

"Dalam dua hari ini juga muncul kasus baru yang menjadi perhatian kami, kasus yang terjadi di BTN Mavilla Bajur, Kecamatan Labuapi. Sekarang ada potensi klaster baru lagi, yakni Klaster Temboro," ujar Ahmad.

Menurut dia, pasien yang positif di Kecamatan Labuapi tersebut tidak pernah kemana-mana, dalam artian tidak pernah kontak dengan pasien positif corona.

Pasien tersebut hanya diketahui menjemput istrinya yang bekerja di Rumah Sakit Hepatika Mataram, tetapi pasien itu diketahui juga rutin shalat berjamaah di masjid BTN Mavilla.

"Jangan-jangan pasien ini kena di jamaah Masjid BTN Mavilla. Kami sekarang lagi melaksanakan contacktracking dengan jamaah masjid BTN Mavilla," ucapnya.

Ahmad juga menyebutkan ada lagi muncul kasus yang ada di Desa Taman Ayu, Kecamatan Gerung. Pasien yang pertama tertular COVID-19 itu pernah kontak dengan jamaah tabligh dari Gowa yang sering shalat berjamaah di masjid.

"Yang kami khawatirkan adalah turunan dari Klaster Gowa, dan Klaster Temboro. Perhatian selanjutnya adalah pekerja migran Indonesia yang akan pulang kampung," katanya.

Menyikapi perkembangan itu, Sekretaris Daerah Lombok BaratBaehaqi mengatakan pekerjaan Tim Satgas Pencegahan COVID-19 untuk Kabupaten Lombok Barat sudah sangat maju.

"Namun saat ini, agak sulit kami baca tren kerja keras kamidengan di lapangan. Kadang yang di-rapid test jumlahnya banyak, tetapi yang positif sedikit. Artinya kami perlu menyelaraskan pekerjaan kami di hulu dengan yang di hilir, sehingga perlu ada ketegasan yang serius," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement