Selasa 05 May 2020 16:39 WIB

Jawa Tengah Butuh Peningkatan Kapasitas Tes PCR

Saat ini, kapasitas tes PCR di Jawa tengah hanya sekitar 600 spesimen per hari.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Dokter patologi klinik memeriksa sampel media pembawa virus corona untuk penelitian di laboratorium.
Foto: Antara/Umarul Faruq
Dokter patologi klinik memeriksa sampel media pembawa virus corona untuk penelitian di laboratorium.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Peningkatan kasus virus corona di Jawa Tengah yang termasuk tinggi, membuat pemangku kewenangan perlu melakukan berbagai cara dalam mengendalikannya. Salah satunya mendorong peningkatan kapasitas tes polymerase chain reaction (PCR).

Terkait hal ini, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengumpulkan seluruh pengelola laboratorium tes PCR yang ada di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Tujuannya untuk melakukan pengecekan sekaligus mendorong kapasitas tes guna mendeteksi virus corona tersebut.

Ganjar mengakui, perlunya melihat kembali kemampuan laboratorium untuk tes PCR yang ada di daerahnya. Karena kecepatan tes laboratorium ini akan sangat penting dalam mengendalikan penyebaran corona.

“Saya menggelar pertemuan dengan tujuh pengelola laboratorium di Jawa Tengah dan Yogyakarta, guna memastikan kemampuan tersebut,” jelasnya, di Semarang, Jawa Tengah.

Di antaranya, jelas Ganjar, adalah Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta, Balai Besar Penelitian Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, RSUP dr Kariadi, RSUD Moewardi, RSND Undip, RSUD Wongsonegoro, dan RS UNS.

Dari laporan para pengurus laboratorium tersebut, diketahui bahwa kebutuhan untuk mendukung kecepatan tes saat ini adalah peralatan otomatis. Selain itu, di beberapa laboratorium juga membutuhkan penambahan sumber daya manusia (SDM).

“Makanya, kami inventarisasi semuanya. Untuk modernisasi alat, segera kami belikan dan untuk penambahan SDM hanya ada di beberapa laboratorium saja,” ungkapnya, usai menggelar pertemuan, di ruang rapat gedung A kompleks kantor Gubernur Jawa Tengah.

Saat ini lanjut Ganjar, kapasitas tes PCR di Jawa tengah hanya sekitar 600 spesimen per hari. Ia ingin agar kapasitas ini bisa didorong dan ditingkatkan lagi minimal menjadi 1.000 spesimen per hari.

Pada prinsipnya, seluruh pengelola laboratorium ini siap untuk meningkatkan kapasitas tersebut, hanya memang harus dilakukan modernisasi alat dan beberapa tempat juga membutuhkan penambahan personil petugas laborat.

“Saya senang semua siap, karena memang dalam kondisi saat ini, semua harus siap bekerja semaksimal mungkin agar pengendalian pandemi virus corona ini bisa lebih maksimal,” tegasnya.

Dalam kesempatan ini, gubernur juga menyampaikan, kecepatan tes PCR menjadi sangat penting untuk meningkatkan manajemen penanganan pandemi virus corona di daerahnya.

Yang jamak terjadi selama ini, banyak pasien yang dirawat di rumah sakit dan harus berlama-lama hanya karena menunggu hasil tes PCR keluar. Padahal setelah tes tersebut keluar hasilnya belum tentu positif.

Atau ada pasien yang sampai meninggal hasil dunia hasil tes PCR-nya belum keluar. “Kami tidak mau hal seperti itu terus terjadi, makanya kecepatan tes PCR ini sangat menentukan manajemen dan pengendalian corona,” tambahnya.

Dari para pengurus laboratorium itu, Ganjar juga mendapat banyak masukan, termasuk ketersediaan tenaga ahli, ketersediaan reagen atau primer, serta masukan-masukan lainnya yang bisa menjadi persoalan dalam meningkatan kapasitas dan kemampuan laboratorium PCR.

“Nanti akan kami penuhi satu persatu, termasuk soal adanya peralatan yang belum lengkap dan tidak bisa difungsikan. Intinya Jawa Tengah akan berusaha secepatnya melengkapi secepatnya,” kata Ganjar.

Sementara itu, Kepala B2P2VRP Salatiga, Joko Waluyo mengatakan, sampai saat ini laboratoriumnya sudah melakukan pemeriksaan sebanyak 6.000 sampel. Dalam satu hari, kapasitas uji PCR B2P2VRP Salatiga saat ini juga sudah ditingkatkan dari 40 menjadi 150 sampel per hari.

Sebenarnya, B2P2VRP Salatiga masih bisa meningkatkan dua kali lipat asalkan ada penambahan alat ekstraksi otomatis. Karena proses ekstraksi yang kami lakukan selama ini masih manual dan itu memakan waktu cukup lama dan kapasitas mesinya juga masih terbatas.

Kemampuan tersebut berbeda dengan mesin ekstraksi otomatis terbaru, yang proses pemeriksaannya sangat cepat. “Bahkan dalam sekali ekstraksi, bisa digunakan untuk 200 sampel,” tegasnya.

Artinya, lanjut Joko, kalau sehari bisa melakukan dua kali ekstraksi saja, sudah bisa mencapai 400 sampel dan ini akan sangat membantu proses tes PCR. “Untuk itu, kami berharap ada penambahan alat ekstraksi yang baru tersebut,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement