REPUBLIKA.CO.ID, CIAMIS -- Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Ciamis menyebut angka pemudik yang masuk ke wilayahnya masih tetap tinggi. Penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah wilayah seperti Bandung Raya dan Jabodetabek, bahkan larangan mudik, dinilai tak banyak berpengaruh mengurangi jumlah pemudik yang datang.
Juru Bicara Covid-19 Kabupaten Ciamis, Bayu Yudiawan mengatakan, PSBB yang telah dilakukan di daerah lain belum terlalu berdampak besar terhadap ciamis. Menurut dia, jumlah migrasi masih fluktuatif setiap harinya.
Namun, untuk mengantisipasi lonjakan pemudik, Gugus Tugas telah melakukan upaya menyiapkan layanan terpisah untuk pemudik bersifat penyaringan dan pendataan. "Kita juga akan terus edukasi dan motivasi isolasi mandiri dan protokol-protokol kesehatan lainnya," kata dia, Senin (27/4).
Ia menilai, lonjakan pemudik berpotensi akan meningkatkan jumlah kasus Covid-19 di Kabupaten Ciamis jika masyarakat tidak disiplin melakukan pembatasan fisik, masih berkerumun, tidak menggunakan masker saat keluar rumah, serta tidak melakukan protokol kesehatan lainnya. Karena itu, ia mengingatkan agar masyarakat terus mengikuti anjuran pemerintah, termasum protokol solat berjamaah.
Menurut Bayu, lonjakan migrasi disinyalir akan berbanding lurus dengan orang tanpa gejala (OTG). "Sebagai upaya yang dilakukan untuk filterisasi tahap awal kami melakukan validasi data migrasi," kata dia.
Ia menyebut, hingga saat ini terdapat 33.646 orang yang berstatus migrasi dalam pemantauan. Sebanyak 26.642 orang selesai pemantauan dan 7.004 masih pemantauan. Jumlah pemudik terbanyak berasal dari wilayah Kecamatan Cipaku, yaitu sebanyak 3.241 orang.
Sementara, jumlah kasus positif Covid-19 di Kabupaten Ciamis berjumlah empat orang. Sebanyak dua orang dinyatakan sembuh dan dua orang masih menjalani isolasi mandiri.