Ahad 31 Oct 2021 18:39 WIB

Pemkot Batam Ingatkan Warga Rayakan Nataru di Dalam Kota

Walkot Batam juga mempertimbangkan kebijakan pelarangan mudik saat libur Nataru.

Petugas berjalan di depan area kamar  Gedung Asrama Haji Batam, Kepulauan Riau, Jumat (22/10/2021). Pemerintah Kota Batam tidak lagi mengunakan Gedung Asrama Haji sebagai pusat karantina seiring menurunnya jumlah kasus warga yang terkonfirmasi positif akibat Covid-19.
Foto: ANTARA/Teguh Prihatna
Petugas berjalan di depan area kamar Gedung Asrama Haji Batam, Kepulauan Riau, Jumat (22/10/2021). Pemerintah Kota Batam tidak lagi mengunakan Gedung Asrama Haji sebagai pusat karantina seiring menurunnya jumlah kasus warga yang terkonfirmasi positif akibat Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Pemerintah Kota Batam, Kepulauan Riau mengingatkan masyarakat setempat untuk merayakan Natal dan Tahun Baru 2022 di dalam kota. Ini dalam upaya mengantisipasi terjadinya gelombang ketiga Covid-19.

Wakil Wali Kota Batam Amsakar Achmad menyampaikan perayaan Natal dan Tahun Baru memungkinkan terjadinya peningkatan arus perjalananwarga hingga di atas 10 persen.Hal itu, katanya, dikhawatirkan memicu penularan Covid-19.

Baca Juga

"Oleh sebab itu, kepada sahabat kami, saudara kita yang merayakan Natal dan Tahun Baru, saya pesankan kalau skala urgensinya tidak sedemikian penting, silakan rayakan Natal dan Tahun Baru di Batam saja," kata dia.

Lebih baik, katanya, apabila masyarakat membatasi perjalanan ke luar daerah untuk melindungi diri dari potensi penularan Covid-19. Gubernur Kepri Ansar Ahmadmeminta warga sebaiknya tidak mudik saat libur Natal dan Tahun Baru 2022.

Ia mempertimbangkan kebijakan pelarangan mudik saat libur Natal dan Tahun Baru, demi menghindari potensi gelombang ketiga Covid-19. Belajar dari pengalaman saat Lebaran, kata dia, meski mudik dilarang, warga tetap bepergian menggunakan kapal ke daerah penyangga, hingga menyebabkan penyebaran Covid-19 sampai ke pesisir yang sebelumnya masih hijau.

Menurut dia, saat libur Natal dan Tahun Baru, tidak hanya umat agama tertentu yang melakukan perjalanan, melainkan seluruh masyarakat ikut berlibur, menghabiskan waktu di hotel dan bersantai di pantai. Hal itu, kata dia, rawan penularan Covid-19.

"Semua orang pergi ke pantai inap di hotel jadi ini perlu kehati-hatian," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement