Ahad 26 Apr 2020 01:59 WIB

Pindad dan PTDI Buat Ventilator untuk Penanganan Covid-19

Ventilator merupakan alat bantu pernapasan yang vital dibutuhkan pasien covid-19

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Esthi Maharani
Karyawan menunjukkan penggunaan Pindad Ventilator Resusitator Manual (VRM) di Bandung, Jawa Barat, Jumat (24/4/2020). Pindad VRM yang dirancang dan dikembangkan bersama tim ahli medis dari RSU Pindad ini merupakan alat bantu pernapasan bagi pasien COVID-19 dan saat ini sedang dalam proses uji coba kelaikan ke Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kementerian Kesehatan. Pindad VRM ini dibandrol hanya dengan harga Rp10 juta per unit.
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Karyawan menunjukkan penggunaan Pindad Ventilator Resusitator Manual (VRM) di Bandung, Jawa Barat, Jumat (24/4/2020). Pindad VRM yang dirancang dan dikembangkan bersama tim ahli medis dari RSU Pindad ini merupakan alat bantu pernapasan bagi pasien COVID-19 dan saat ini sedang dalam proses uji coba kelaikan ke Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kementerian Kesehatan. Pindad VRM ini dibandrol hanya dengan harga Rp10 juta per unit.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Pertahanan Republik Indonesia (Wamenhan RI), Sakti Wahyu Trenggono, mendukung Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di industri pertahanan ikut memproduksi alat medis ventilator. Alat tersebut menjadi salah satu alat penting guna membantu penanganan pasien Covid-19 akibat infeksi virus corona SARS-CoV-2.

"Ventilator merupakan alat bantu pernapasan yang vital dibutuhkan dalam penanganan pasien Covid-19. Kebutuhan alat medis ini sangat tinggi sementara suplainya terbatas. Saya selama ini aktif mendorong pabrik milik  BUMN yang berada di klaster National Defence and Hightech Industries (NDHI) ikut produksi ventilator," ujar Trenggono melalui keterangan persnya di Jakarta, Sabtu (25/4).

Menurut dia, saat ini sudah ada dua BUMN dalam klaster NDHI yang mampu membuat ventilator dan telah lulus uji produk dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kementerian Kesehatan RI.

"Pindad dan Dirgantara sudah mampu produksi ventilator. Kementerian Pertahanan akan pastikan membeli produk buatan BUMN ini agar kita tak telat bergerak dan menjadi pemenang dalam melawan Covid-19," jelas dia.

Trenggono menyebut pemanfaatan mesin produksi yang dimiliki sektor industri pertahanan untuk turut membuat ventilator hal merupakan yang realistis. Itu ia katakan karena berkaca kepada Amerika Serikat yang meminta pabrik mobil Ford, GM, dan pabrik turbin GE memproduksi ventilator.

 

Bahkan Israel Aerospace Industries (IAI) yang dikenal sebagai manufaktur dirgantara dan persenjataan diperintahkan Kementrian Pertahanan Israel ikut berperan serta melawan pendemi corona. Di sana, divisi produksi rudal di IAI dikonversi untuk memproduksi ventilator portable.

 

Sementara itu, Dirut Pindad, Abraham Mose, mengatakan sesuai dengan arahan dari Kementerian pertahanan dan Kementerian BUMN di mana dalam Kondisi Luar Biasa (KLB) peran industri pertahanan sangat diperlukan. Itu dilakukan dengan memanfaatkan kemampuan sumber daya yang dimiliki.

Beberapa contoynya, seperti mesin-mesin atau para engineer untuk ikut ambil peran dengan memproduksi peralatan kesehatan yang sangat diperlukan seperti ventilator, tabung oksigen, masker ruang operasi, bilik disinfektan dan lainnya.

"Pindad sudah membuat Ventilator Pumping Machine, dimana berfungsi sebagai alat bantu pernapasan untuk pasien-pasien yang mengalami gagal napas," jelas dia.

Sedangkan Dirgantara Indonesia memproduksi Ventilator portabel yang diberi nama Vent-I (Ventilator Indonesia) hasil kerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Ventilator jenis ini ditujukan bagi pasien yang sakit, tetapi masih mampu bernapas sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement