REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari ini, Selasa (21/4), diperingati rakyat Indonesia sebagai Hari Kartini. Wanita kelahiran Jepara, 21 April 1879 silam, itu dikenal sebagai pejuang dan simbol kebangkitan perempuan di masanya.
Dalam pandangan Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah, Diyah Puspitarini, emansipasi untuk perempuan dalam memperingati Hari Kartini tidak hanya sekadar bentuk tuntutan hak untuk mendapatkan kesempatan saja. Akan tetapi, menurutnya, Muslimah harus bisa berkiprah lebih banyak lagi, apalagi di tengah pandemi virus corona saat ini. Ia mengatakan, Muslimah bisa berperan dalam penanganan, pencegahan penyebaran virus corona dan juga turut berpartisipasi dalam menyelesaikan persoalan bangsa.
"Para pahlawan kita, terutama Muslimah, adalah gambaran jelas bahwa perempuan memiliki kesempatan sama juga untuk berjihad dan beramal saleh," kata Diyah, melalui pesan elektronik kepada Republika.co.id, Selasa (21/4).
Di masa kini, Diyah mengatakan Muslimah seyogyanya menjadi sosok yang bermanfaat, bermartabat dan berkeadaban. Sebab, menurutnya, sejatinya itu emansipasi yang harus dilakukan saat ini.
Pimpinan organisasi pemuda Muslimah Muhammadiyah ini lantas menyampaikan tips menjadi Muslimah yang turut mendorong kemajuan bangsa. Ia mengatakan, perempuan seyogyanya jangan hanya menjadi pengisi ruang kosong. Apalagi, di hari ini semua kesempatan sudah terbuka lebar, termasuk di Indonesia sendiri.
"Di Indonesia, perempuan bukan lagi sebagai orang yang dinomorduakan. Tetapi, bagaimana baik laki-laki dan perempuan berfastabiqul khairat, berlomba-lomba memberikan yang terbaik, untuk umat dan bangsa," tambahnya.