Jumat 10 Apr 2020 17:41 WIB

7 Cara Mencegah Amil tak Jatuh Miskin karena Corona

Amil harus tetap bertahan dan mampu terus hidup dengan kerja keras.

Nana Sudiana (Sekjend FOZ & Direksi IZI)
Foto:

Keempat, ada stimulus dari Lembaga Zakat. Dengan terus meningkatnya wabah atau pandemi Covid-19, berisiko makin menambah jumlah orang miskin. Dengan situasi ini, para amil zakat kesibukannya akan semakin meningkat juga. Lebih parahnya lagi, orang-orang yang selama ini relatif lebih aman, karena berada di atas garis kemiskinan, ternyata juga terdampak dan nyaris miskin.

Para amil dengan situasi ini juga memiliki kerentanan akibat meningkatnya konsumsi rumah tangga dan pengeluaran hariannya selama WFH. Lembaga-lembaga zakat dengan situasi ini idealnya lebih sensitif dan bersedia membantu memberikan stimulus bantuan untuk para amilnya agar mereka tetap mampu bertahan dan keluarganya bisa survive. Apalagi para amil karena tidak punya pekarangan atau lahan yang cukup, tidak bisa dibantu kebutuhan pangannya dari tumbuh-tumbuhan atau sayuran dan makanan pangan lain yang ada di sekitar rumahnya. Para amil tentu saja dalam situasi tadi, memerlukan bantuan dari lembaga-lembaga yang selama ini menjadi tempat mereka bernaung.

Kelima, tetap terhubung dengan muzaki. Muzaki atau donatur memiliki kedudukan yang sangat penting bagi lembaga zakat, dan organisasi filantropi pada umumnya. Dengan marketing yang baik, lembaga zakat akan memiliki dukungan yang memadai untuk bisa terus terlibat dalam membantu sesama. Dalam situasi apapun, tetap diperlukan strategi yang baik untuk bisa tetap terhubung dengan muzaki dan berhasil menjaga relasi dengan mereka.

Dari relasi yang terbangun, diharapkan dukungan serta donasi (ZIS) mereka tetap lancar mensupport lembaga zakat. Selain soal strategi, ini sebenarnya menyangkut seni. Seni dalam membangun dukungan komprehensif dari muzaki untuk lembaga zakat ini, sebagian bisa kokoh ketika di dukung kreativitas yang baik, dan sebagian yang lain karena panjangnya pengalaman yang dimiliki oleh sebuah lembaga.

Lembaga yang sudah lama berdiri dan punya relasi yang kuat, ditambah dengan sumberdaya yang baik akan lebih punya peluang untuk dan bagi sebuah organisasi nirlaba, adalah aktivitas terus eksis. Dengan jam terbang yang cukup dan kemampuan yang baik, gerakan kampanye dan sosalisasi sebuah lembaga zakat bahkan bisa didanai oleh pihak lain dan malah berpotensi mendapat multi-benefit dari apa yang dilakukan.

Dengan dukungan dan dana yang terus mengalir dari muzaki, keberlanjutan lembaga dan program-programnya bisa terus berlangsung. Paradigm marketing yang seperti ini, tidak hanya fokus pada selling semata namun lebih pada memenuhi tujuan jangka panjang lembaga yang strategis. Saatnya, seluruh bagian penting lembaga didorong untuk menyadari paradigm marketing ini secara strategis agar semua elemen bisa mengarah pada rencana yang telah disusun dan “bernilai jual” di hadapan muzaki.

Ini soal penting yang harus dikuasai terutama para pimpinan lembaga zakat agar relasi dengan muzaki, sanggup memberi value kepada stakeholder-nya. Wajah lembaga zakat, dari sini akan terlihat yang sebenarnya. Apakah ia pemain jangka pendek yang hanya mementingkan hubungan sesaat atau justru berorientasi pada relasi jangka panjang yang lebih bersifat sustain.

Keenam, Menjaga pola hidup hemat dan sederhana. Kebiasaan hidup hemat dan sederhana dari para amil berkontribusi pada kemampuan bertahan keluarga amil di situasi yang sesulit apapun. Ketika ada kesulitan hidup akibat adanya pandemi Covid-19 saat ini, semoga perilaku tadi mampu menolong dari situasi yang ada agak tak lebih buruk kondisinya. Dengan daya beli yang secara umum menurun, ditambah harga-harga yang mulai meningkat naik, memang semakin tak mudah. Apalagi sejak adanya kebijakan WFH, tingkat konsumsi anggota keluarga juga mengalami kenaikan.

Ketujuh, mulai menyiapkan ketahanan pangan. Dalam soal ketahanan dan kemandirian pangan, orang-orang yang hidup di desa lebih aman dari situasi pandemi Covid-19. Dengan suasana kekeluargaan yang kuat, semangat gotong royong yang masih terjaga, serta spirit untuk saling menolong, tentu saja akan semakin menguatkan modal sosial yang ada.

Di luar itu, di desa banyak sumber pangan tersedia, seperti: singkong, talas, ketela, umbi-umbian yang lain, sayuran, buah-buahan serta berbagai jenis ikan di kolam. Belum lagi ayam dan jenis unggas peliharaan di desa juga tak sulit didapatkan.

Di perkotaan, tempat dimana sebagian besar amil tinggal, tak mudah melakukan upaya-upaya yang mengarah untuk ketahanan pangan. Dengan lahan pekarangan yang terbatas, tentu saja jadi tak leluasa. Namun bila sungguh-sungguh dilakukan, usaha ini masih punya peluang untuk mendukung ketahanan keluarga dari urusan pangan.

Konsep urban farming yang mengedepankan optimalisasi lahan sempit di perkotaan bisa diadopsi menjadi solusi ketahanan pangan sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat di tingkat keluarga. Konsep ini juga bisa untuk menekan biaya rumah tangga untuk kebutuhan sehari-hari.

Sebelum wabah corona merebak, trend urban farming sendiri beberapa tahun ini telah mengalami peningkatan. Pertanian dengan lahan sempit di perkotaan itu digadang bisa menjadi solusi permasalahan pangan di masa yang akan datang. Apalagi bila hal ini dikaitkan dengan turunnya jumlah petani, urbanisasi, dan keterbatasan lahan yang hingga saat ini menjadi masalah serius dalam pemenuhan kebutuhan pangan.

Urban farming bila serius dilakukan akan menjadi upaya untuk mengatasi kelangkaan pangan bahkan mal nutrisi di masyarakat kota. Jika wabah ini semakin panjang durasinya, maka urban farming akan sangat membantu masyarakat, termasuk amil yang tinggal di perkotaan untuk memenuhi sebagian kebutuhan pangannya sendiri. Minimal kebutuhan akan sayuran, buah-buahan serta umbi-umbian bisa dipenuhi untuk konsumsi keluarga para amil.

Namun apa pun yang terjadi bagi amil zakat saat ini, 'Life must go on'. Corona baru atau Covid-19 boleh datang dan menimpa, namun kehidupan harus terus berlangsung. Dunia mungkin akan berubah lebih baik setelah ini, namun kekuatan bersabar tentu harus dimiliki agar para amil selamat dan bisa melewati situasi sulit ini.

Dalam perspektif spiritual, Allah SWT bisa jadi sedang menguji kita semua untuk lebih mengingat-Nya. Dalam kesibukan kadang kita lupa bahwa Allah adalah Pemutus dan Penentu takdir atas kehidupan kita. Kita juga kadang lupa, bahwa di balik kehebatan dan kecerdasan manusia, masih ada Allah SWT yang Maha Kuasa.

Ketika virus yang sangat kecil ini datang, sesungguhnya ia mengandung hikmah juga untuk kita renungi bersama. Bisa jadi kejadian hari ini mengingatkan kita agar kita lebih dekat pada-Nya dan memasrahkan diri dalam kesyukuran atas seluruh nikmat dan kebaikan-Nya yang selama ini kita terima. Semoga musibah ini segera berlalu, dan secepatnya pulih kembali. Semoga.

-- Semarang, Selasa, 7 April 2020

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement