Jumat 03 Apr 2020 05:07 WIB
Bung Hatta

Kisah Le Febvre: Residen Belanda Sahabat Bung Hatta

Kisah Residen Belanda di Sumatra Barat yang jadi sahabat Bung Hatta

Le Febvre saat menjadi Residen Belanda di Sumatra Barat
Foto: wikipedia
Le Febvre saat menjadi Residen Belanda di Sumatra Barat

Oleh: Dr Suryadi, pengajar Leiden University, Belanda

Dalam arsip koran lama di Belanda ada sebuah hal menarik.Di sana tertera sebuah iklan ucapan bela sungkawa. Isinya: Telah berpulang Tuan J.D.L. Le Febvre, mantan Residen Sumatra's Westkust 1915-1919 di Blaricum, Belanda, dalam usia 85 tahun pada 6 Agustus 1955.

Apa menariknya, almarhum juga dikenang sebagai teman orang Minangkabau. Kebijakan-kebijakan politiknya yang pro rakyat Minangkabau telah mengakibatkan dia dicopot dari kursi Residen Sumatra Barat. Walau coba dibela oleh Minister van Coloniën Thomas Bastiaan Pleyte, keputusan Batavia (Gubernur Jenderal J. van Limburg Stirum) tidak bisa diubah dan Le Febvre dipaksa pensiun dini.

Berkas:François-Joseph Lefebvre.jpg - Wikipedia bahasa Indonesia ...

Dan ketika Hendrikus Colijn menjadi Minister van Coloniën, Le Febvre terpaksa mengungsi ke Jerman (Hamburg) karena digencet di negerinya. Mohammad Hatta dan Baginda Dahlan Abdoellah mengunjunginya pada musim dingin/liburan Natal 1921 di Hamburg. Rusli Amran dalam CERITA-CERITA LAMA DALAM LEMBARAN SEJARAH (1997:81) menulis:

"J.D.L. Le Febvre adalah dari kalangan sosial demokrat dan apa sebabnya Hindia Belanda kecolongan mengangkat seorang sosialis sebagai residen, kita tidak tahu." Yang jelas, kebijakan2 politik Le Febvre yang dianggap kontroversial karena sering membela kepentingan rakyat Minangkabau telah membuat dia memiliki banyak musuh di kalangan ruling class (orang Belanda) di Hindia Belanda.

Kenangan-kenangannya selama bertugas di Sumatra Barat ditulisnya dalam sebuah memoir yang tampaknya lebih ditujukan untuk keluarga yang manuskripnya yang masih penuh coretan.Memori itu kini tersimpan di ARA Den Haag.

Memoir Le Febvre tampaknya sangat jarang disentuh peneliti itu. Padahal di dalamnya berisi banyak informasi mengenai pandangan Le Febvre terhadap sistem administrasi dan politik represif kolonial Belanda di Sumatra Barat. Kiranya para sejarawan perlu menggunakan memoir itu sebagai salah satu sumber primer dalam menyusun sejarah Minangkabau. Alangkah rancak benar kalau memoir itu bisa diterbitkan.

Le Febvre yang menjadi teman baik P.J. Troelsra dan Bung Hatta mendapat julukan sebagai "de vader van Indonesiërs" (bapak orang Indonesia) oleh Sjahrazad alias Soetan Sjahrir dalam bukunya INDONESISCHE OVERPEINZINGEN (renungan Indonesia)(1945), menjadi sosok yang terjejak.

Ini juga menjadi cermian bahwa apa pun yang diperbuat manusia ketika hidup di dunia ini, terlepas dari label apapun yang dilekatkan oleh manusia lainnya kepadanya, nilai raport-nya yang objektif ada di tangan Tuhan semesta alam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement