Rabu 18 Mar 2020 13:27 WIB
Corona

Hidup dan Mati Bukan di Tangan Corona (Covid-19)

Dunia saat ini terisolasi seperti Muslim di Xinjiang dan Gaza.

Wartawan Republika, Karta Raharja Ucu
Foto:

Lalu, bagaimana dengan beribadah? Apa tidak boleh shalat di masjid? Mosok takut sama virus daripada sama Allah?

Saran saya, bawa alat shalat sendiri seperti mukena dan sajadah jika memang tetap ingin shalat di masjid lima kali sehari, termasuk shalat Jumat. Ada baiknya setelah pulang dari masjid langsung bersalin dan mencuci pakaian yang baru saja dipakai. Jangan lupa juga mencuci tangan sebelum bersentuhan dengan anggota keluarga di rumah setelah pulang dari tempat ibadah. Capek ganti baju mulu? Ya konsekuensi. Lebih baik capek sebentar daripada tertular.

Dunia saat ini sedang merasakan secuil, ya hanya secuil, situasi di Gaza dan Xinjiang. Bagaimana rasanya rakyat Xinjiang tidak bisa bebas beribadah dan bagaimana Gaza diblokade Israel. Bagaimana akses informasi dihalangi, sulitnya membeli makanan, hingga ancaman kematian. Bagi rakyat Gaza, mati syahid adalah tujuan hidup sehingga blokade dari Israel dihadapi dengan tenang. Namun, bagaimana dengan rakyat di negara-negara yang saat ini dihantui virus corona?

Kita di Indonesia harus banyak bersyukur tentunya. Masih bisa beribadah tanpa diselingi suara letusan rudal. Masih bisa membeli makanan di warung kelontong, minimarket, hingga mal. Masih bisa bekerja tanpa di bawah ancaman senjata. Sudah menjadi bangsa merdeka, tak seperti Palestina yang masih terjajah.

Sejumlah kolega sempat bertanya, apa saran saya biar kita terhindar dari virus corona? Saya jawab, ikuti saran pemerintah, inkubasi di rumah selama 14 hari. Bekerja dari rumah, belajar di rumah, dan beribadah di rumah. Hindari kontak dengan orang lain untuk sementara waktu.

Yang punya harta dan stok makanan berlebih dapat berbagi dengan tetangga yang hidupnya belum berkecukupan. Jangan menimbun banyak makanan sehingga saudara kita yang belum berkecukupan tak mendapatkan kebutuhan pangan. Seperti kata komedian Aming, "Pada akhirnya bukan corona yang membunuh kita...tp saudara sendiri...yg punya duitlahhhh!!! Berbondong-bondong...ngeborong sampe stock kosong!. Sobat miskin cm bengong dimatiin sodara sendiri dlm keadaan kelaparan. Siapa lebih jahat? Corona apa manusia?"

Sudah, lebih baik berdiam diri di rumah. Bukankah rumah adalah tempat paling indah saat dunia sedang tidak ramah? Bukankah rumah adalah tempat paling nyaman saat dunia sedang tidak aman?

Virus corona saat ini memang membuat dunia makin tak ramah. Jadi, tolong tetaplah berdiam diri di rumah. Jangan sampai Allah mencabut nikmat sehat, baru membuat Anda tersadar. Mungkin kita memandang corona adalah virus, tetapi coba bayangkan plot twist: ternyata corona adalah antibodi dari bumi untuk menanggulangi virus bernama manusia. Bumi kini sedang melakukan detoks alias pembersihan dari virus yang merusak tubuhnya.

Untuk yang pernah berkata dan berpikiran "ngapain takut sama corona, takut itu sama Allah karena kalau sudah waktunya mati, ya mati saja", coba renungkan apakah Anda sudah siap untuk mati dengan membawa amal yang pas-pasan? Hidup dan mati memang di tangan Allah, bukan di tangan corona. Namun, ini bukan sekadar perkara takut mati, Saudaraku, tapi bagaimana kita mengikuti cara Umar bin Khattab Radiallahu Anhu menghindari wabah penyakit. Lari dari takdir Allah kepada takdir Allah lainnya.

Paling tidak, jangan meninggal dulu sebelum kita menyentuh Ka'bah yang kini bahkan mendekatinya saja susah. Hayuk bersama-sama membantu pemerintah mengatasi virus corona. Mari bersama-sama berdoa untuk tenaga medis dan dokter yang sedang bertaruh waktu maupun nyawa dalam menyelamatkan pasien yang positif virus corona. Salam sehat, salam semangat. Tabik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement