REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau masyarakat kembali menggencarkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk di setiap lingkungan. Hal ini lantaran meningkatnya kasus demam berdarah dangue.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Gunung Kidul, Sumitro di Gunung Kidul, Kamis mengatakan grafik kasus DBD terus naik. Pada Januari 2020 masih puluhan kasus, data terkini melonjak jadi ratusan kasus.
Berdasarkan data RSUD Wonosari, dari Januari hingga Rabu (4/3), penyakit demam yang diakibatkan gigitan nyamuk Aedes aegypti jumlahnya mencapai 334 kasus. Dua di antaranya meninggal dunia.
“Pasien terbaru meninggal dari wilayah Kecamatan Patuk,” katanya,
Ia mengatakan peningkatan kasus DBB harus menjadi perhatian bersama, karena trend setiap tahun mengalami kenaikan. Sebaran wilayah endemik DBD di Kecamatan Karangmojo, Ponjong, Wonosari dan Patuk. Kecamatan Wonosari tertinggi yakni mencapai 70 kasus DBD.
“Kecamatan Wonosari endemis mengalami pergeseran dari sektor tengah ke utara dan selatan,” katanya.
Menurut Sumitro, munculnya kasus DBD di musim hujan terjadi karena kesadaran masyarakat akan bahaya nyamuk masih belum sepenuhnya baik. Ada kecenderungan warga memberi ruang adanya sarang nyamuk.
Kepala Dinkes Gunung Kidul Dewi Irawati mengatakan penanganan DBD tidak boleh sembarangan. Melakukan fogging atau pengasapan ada aturannya. Kronologis tindak lanjut kasus DB, jika positip dalam 24 jam pihak yang memberi pelayanan atau RS harus melaporkan ke dinkes.
"Diagnosa DB juga harus dilakukan dokter dan ada suratnya, kewaspadaan dini rumah sakit (KDRS). Tidak bisa katanya atau minta fogging. Pengasapan yang tidak terkendali akan merugikan masyarakat itu sendiri," katanya.