REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Usai pengumuman dua warga Indonesia positif Covid-19 atau Corona, persediaan masker daerah-daerah mulai menipis karena tingginya permintaan. Kabupaten Sleman termasuk yang merasakan kelangkaan persediaan masker.
Persediaan masker tidak sebanyak hari-hari biasanya, yang bisa ditemui di apotek-apotek maupun toko-toko biasa. Di Gudang Farmasi Pengelolaan Obat dan Alat Kesehatan (POAK), jumlahnya menipis.
Namun, Bupati Sleman, Sri Purnomo mengungkapkan, sampai saat ini belum ada rencana penelusuran terhadap penimbun-penimbun masker. Ia mengaku masih akan menunggu informasi-informasi terkait dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman.
"Kita belum tahu, informasi dari Dinas Kesehatan masih sedia 500.000 lebih lembar masker (biasa) di Gudang Farmasi," kata Sri, Rabu (4/3).
Sedangkan, persediaan masker N95 jumlahnya jauh lebih sedikit. Padahal, jika dibandingkan jumlah penduduk satu juta warga, persediaan itu tentu saja tidak cukup memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Sleman jika dibutuhkan.
Namun, Sri menekankan, Pemkab Sleman akan mengikuti anjuran dari Kementerian Kesehatan agar yang menggunakan masker hanya mereka yang sakit. Artinya, warga yang tidak ada gejala-gejala tidak perlu menggunakan masker.
"Jadi, yang pakai yang sakit saja, saya mengimbau masyarakat tidak usah belanja yang banyak-banyak, tidak usah menimbun," ujar Sri.
Terkait persediaan masker, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Joko Hastaryo membenarkan, belakangan cukup sulit memenuhi permintaan masker. Malah, permintaan Dinas Kesehatan ke pasaran belum mendapat jawaban pasti.
Di Gudang Farmasi POAK, masker biasa tersisa 501.540 lembar, yang mana satu box biasanya berisi 50 lembar. Sedangkan, persediaan masker N95 yang lebih ketat menutup lebih sedikit lagi karena tinggal 5.000 lembar.
Joko menerangkan, DIY sebenarnya memiliki satu produsen masker yang ada di Kabupaten Bantul. Tapi, produsen masker itu saat ini sudah kehabisan persediaan dan tidak mampu memenuhi tingginya permintaan masyarakat.
"Karena mereka banyak pula mengekspor ke luar negeri, jadi sampai-sampai kehabisan, produsen kosong dan pasar kosong, kita sudah ajukan permintaan tapi belum ada yang bisa memberikan jawaban pasti kapannya," kata Joko.
Persediaan ini terbilang cukup mengkhawatirkan untuk Kabupaten Sleman. Sebab, jika dibandingkan daerah-daerah lain, kebutuhannya sangat jauh lebih banyak lantaran harus mengantisipasi pula abu vulkanik Gunung Merapi.