REPUBLIKA.CO.ID, oleh Mimi Kartika, Puti Almas
Kasus corona positif perdana di Indonesia membuat publik waspada. Masalahnya, corona disebut sudah bisa menyebar sebelum gejalanya muncul pada penderita.
Kepala Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) Amerika Serikat, Dr Anthony Fauci mengatakan, orang-orang dapat menyebarkan virus corona Wuhan sebelum gejalanya muncul. Hal itu disampaikannya berdasarkan sebuah studi baru di Jerman yang dipbulikasikan pada akhir Januari.
Peneliti Jerman menemukan virus corona ditularkan orang-orang tanpa gejala dalam lima kejadian pada satu kelompok orang. Dari orang tua ke anak perempuan, dari anak perempuan tersebut ke dua rekan kerjanya, dan dari salah satu kolega tersebut ke dua rekan kerja lainnya.
"Tidak ada keraguan setelah membaca makalah ini bahwa penularan asimptomatik (tanpa gejala) sedang terjadi," ujar Anthony dilansir CNN.
Pejabat kesehatan Amerika Serikat (AS) sempat berdebat apakah seseorang dapat menyebarkan virus corona selama masa inkubasi, ketika mereka terinfeksi tetapi belum sakit. Menteri Kesehatan China pernah mengatakan, virus dapat menyebar tanpa gejala, tetapi otoritas AS ragu karena otoritas kesehatan China tidak memberikan bukti.
Dalam studi yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine, peneliti Jerman menggambarkan empat rekan bisnis yang terinfeksi melalui transmisi tanpa gejala. Spesialis penyakit menular dan penulis utama makalah itu, Dr Camilla Rothe mengatakan, rantai penularan dimulai pada 16 Januari ketika seorang perempuan di Shanghai menjamu orang tuanya untuk kunjungan akhir pekan.
Orang tua tersebut telah berkunjung ke Wuhan, pusat penyebaran virus korona. Mereka sehat selama kunjungan mereka dengan putri mereka tetapi kemudian didiagnosis memiliki virus corona.
Tiga hari kemudian, pada 19 Januari, perempuan itu meninggalkan Shanghai dan terbang ke Jerman. Pada hari Senin, Selasa, dan Rabu, ia mengadakan serangkaian lokakarya dengan karyawan perusahaan pemasok onderdil di luar Munich.
Menurut laporan New England Journal, perempuan itu sehat selama lokakarya, tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit. Pada 22 Januari, perempuan itu terbang kembali ke China dan jatuh sakit di pesawat.
Dia didiagnosis terinfeksi virus dan memberi tahu perusahaan, tetapi saat itu sudah terlambat. Pada 24 Januari, dua hari setelah wanita Shanghai pulang, dua karyawan Jerman yang menghadiri bengkelnya pun jatuh sakit.
"Mereka berada di bengkel bersama, mereka pergi ke kantin perusahaan bersama," kata Rothe kepada CNN.
Tak satu pun dari mereka yang sakit sebelumnya. Orang pertama berusia 33 tahun yang sehat, mengalami demam 102,4 derajat dan merasa sakit selama beberapa hari setelahnya.
"Dia tinggal di tempat tidur selama akhir pekan, tetapi hari Senin dia merasa baik-baik saja," tutur Rothe.
Orang kedua merasakan sakit tenggorokan ringan dan batuk minimal. "Dia secara klinis tidak spektakuler," lanjut dia.
Kemudian pada 26 Januari, hampir seminggu setelah wanita Shanghai menginfeksi kedua pria ini di bengkel, dua karyawan lagi jatuh sakit. Karyawan ini belum menghadiri lokakarya, tetapi mereka telah menghabiskan waktu dengan pasien Jerman pertama sebelum dia menunjukkan gejala apa pun.
Pernyataan dari Amerika ditunjang studi yang menunjukkan masa inkubasi virus corona atau dapat berlangsung selama 24 hari. Dilansir The Epoch Times, tim peneliti yang dipimpin oleh dokter ahli pernapasan China, Zhing Nanshan menganalisis sekitar 1.100 pasien di 31 provinsi dan 552 rumah sakit.
Dari penelitian itu, ditemukan bahwa masa inkubasi rata-rata virus corona adalah tiga hari, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yaitu 5,2 hari. Namun, masa inkubasi maksimum diketahui adalah 24 hari, lebih lama dibandingkan prediksi sebelumnya yang menyebutkan selama 14 hari.
Para peneliti tidak bisa mengecualikan kemungkinan individu yang terinfeksi dapat menyebarkan ke lebih dari satu orang lainnya. Studi juga menemukan bukti lebih anjut tentang penularan dari manusia ke manusia: sekitar 160 orang, dengan 26 persen di antaranya adalah penduduk non-Wuhan dan tidak melakukan perjalanan ke kota di China tersebut, baru-baru ini sebelum tertular virus, serta tidak memiliki kontak dengan penduduk setempat.
"Epidemi 2019-nCoV menyebar dengan cepat melalui penularan dari manusia ke manusia," tulis studi tersebut.
Selain itu, hanya sekitar 1,2 persen dari semua pasien yang terpapar langsung ke satwa liar. Otoritas kesehatan China sebelumnya menghubungkan wabah virus corona dengan pasar grosir hewan hidup dan makanan laut di pinggiran Wuhan, yang diyakini sebagai tempat pertama kali virus berasal.
Para peneliti juga mengangkat kekhawatiran tentang kemungkinan penularan melalui kontaminasi tinja. Sejumlah ilmuwan pertama kali mengangkat kekhawatiran di sekitar prospek seperti itu, setelah mendeteksi jejak virus corona dalam tinja orang yang terinfeksi pertama di AS.
Studi tersebut mengutip percobaan laboratorium baru-baru ini. Peneliti menemukan empat dari 62 sampel tinja dinyatakan positif virus corona. Eksperimen terpisah kemudian mengidentifikasi empat pasien lagi, yang ditemukan saluran pencernaan, saliva, atau spesimen urin darinya positif terhadap virus corona.
Virus corona jenis baru ini juga dapat ditransfer melalui kontak, yang dikenal sebagai transmisi fomite. Seperti misalnya, ketika seseorang menyentuh benda yang tercemar sebelum menyentuh mata, hidung, atau mulut, atau area selaput lainnya, yang lebih rentan terhadap serangan virus.
Pada 8 Februari lalu, pejabat kesehatan Shanghai mengonfirmasi bahwa virus yang mematikan itu dapat menyebar melalui aerosol. Hal itu berarti seseorang bisa terinfeksi dengan menghirup partikel virus di udara.
Pada hari yang sama, pemerintah AS mengklasifikasikan virus corona sebagai penyakit menular konsekuensi tinggi yang ditularkan melalui udara, merujuk pada penyakit yang dapat menyebar melalui tetesan pernapasan atau transmisi aerosol. Selain itu, penelitian terbaru menemukan bahwa hanya kurang dari setengah pasien yang menunjukkan tanda-tanda demam pada awal penyakit, meskipun mayoritas dari mereka atau sekitar 88 persen mengalami demam setelah dirawat di rumah sakit.
Infografis Virus Corona.