REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, telah meluncurkan program ‘Merdeka Belajar’ beberapa waktu lalu. Akan tetapi sejauh ini praktiknya dinilai masih belum tampak.
Pengamat pendidikan, Muhammad Nur Rizal, mengatakan konsep yang matang tersebut masih belum terlihat wujudnya dalam penerapan di level praktis. "Mengubah kebijakan memang tidak mudah dengan adanya birokrasi yang berlapis-lapis. Apalagi kebijakan ini mengharuskan eselon pemerintah untuk menggeser kultur standardisasi yang sudah bertahan selama puluhan tahun di Indonesia," katanya, Rabu (26/2).
Menurut Rizal, apa yang dibutuhkan Indonesia saat ini sebenarnya bukan sekadar perubahan birokrasi, tetapi perubahan paradigma pendidikan. "Perubahan ini mengarah pada perubahan mindset guru, serta kultur sekolah yang merdeka untuk bereksperimen baik dalam pembelajaran maupun pengelolaan perubahan sekolah,” ujarnya.
Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) tersebut mengatakan perubahan paradigma lewat gerakan akar rumput mampu bisa menjadi jalan tengah. “Perubahan semacam ini hanya akan terjadi jika dilakukan lewat gerakan akar rumput bersama guru-guru, sebab stakeholder di lapanganlah yang paling memahami dan menguasai kondisi di ujung pendidikan kita," kata Rizal.
Rizal menuturkan, pemerintah harus mengusahakan adanya kualitas pendidikan yang merata serta berjuang untuk memangkas tajamnya ketimpangan antara sekolah favorit dan pinggiran. "Pendidikan berkualitas seharusnya menjadi hak semua anak dan sekolah di Indonesia," katanya.