REPUBLIKA.CO.ID, oleh Kamran Dikarma, Puti Almas, Antara
Virus corona yang mewabah di China tidak hanya memakan korban warga biasa. Dokter yang bertugas mengobati pasien corona di China juga turut menjadi korban.
Seorang dokter China di Provinsi Hainan, China selatan meninggal akibat pneumonia yang disebabkan virus corona. Du Xiansheng meninggal pada Ahad (23/2) di Rumah Sakit Rakyat di Ibu Kota Provinsi Haikou, menurut Komisi Kesehatan Provinsi Hainan.
Dokter berusia 55 tahun itu bekerja di Rumah Sakit Yangjiang di Daerah Qiongzhong. Sebelumnya pada Januari Du didiagnosis terinfeksi virus corona, selagi dia sedang bekerja di rumah sakit tersebut. Ia lantas dibawa ke Haikou untuk menjalani pengobatan.
Namun kondisi kesehatan Du memburuk pada 26 Januari dan akhirnya meninggal setelah upaya medis dari para ahli tidak membuahkan hasil, dikutip dari Xinhua.
Seorang dokter yang sempat menjalin kontak dengan pasien virus corona tipe baru Wuhan, China, juga dilaporkan meninggal. Dia adalah Dr Xia Sisi yang bekerja di Union Jiangbei Hospital of Wuhan.
Perempuan berusia 29 tahun itu meninggal pada Ahad (23/2). Xia merupakan dokter gastroenterologi. Dia dirawat sejak 19 Januari.
Pada 7 Februari, Xia sempat dipindahkan ke Zhongnan Hospital of Wuhan University. Dia dirujuk ke rumah sakit tersebut karena kondisinya semakin memburuk.
Tim dokter yang merawat Xia berupaya keras untuk memulihkannya. Namun, usaha itu tak membuahkan hasil positif. Dia akhirnya meninggal pada Ahad.
Selain Xia, setidaknya telah terdapat tiga dokter yang meninggal akibat Covid-19 di Wuhan. Pertama adalah Li Wenliang. Dia merupakan salah satu dokter yang paling awal membagikan informasi, termasuk peringatan, tentang virus corona tipe baru.
Li meninggal pada awal Februari lalu setelah menjalani perawatan. Kematiannya cukup diratapi oleh publik China, terutama mereka yang tinggal di Wuhan.
Pada 18 Februari lalu, Direktur Rumah Sakit Wuhan Wuchang Liu Zhiming juga dilaporkan meninggal akibat Covid-19. Dua hari berselang, dokter wanita berusia 29 tahun bernama Peng Yinhua menjadi dokter ketiga yang meninggal akibat virus corona tipe baru.
Virus corona memang telah mengubah kehidupan para dokter dan tenaga medis lain di China. Di media sosial viral foto dan video yang mengungkap kepahitan mereka.
Mulai dari video perawat yang anaknya menangis karena sudah berminggu-minggu tidak bertemu ibunya. Sang ibu tidak bisa pulang karena harus bekerja siang malam akibat corona.
Lalu ada foto perawat wajahnya tercetak bekas masker. Tanda bekas masker hidung dan mulut menunjukkan masker tersebut sudah digunakan dalam waktu lama.
Kemudian ada pula foto dokter yang bekerja mengenakan popok dewasa karena ia tidak memiliki waktu untuk mampir ke toilet. Semua dilakukan karena mereka terlalu sibuk mengurus pasien corona.
Ada pula video yang ditayangkan di media milik Pemerintah China, CCTV, perawat yang sedang hamil sembilan bulan bernama Zhao Yu digambarkan sebagai seorang pahlawan. Namun, banyak orang dari Negeri Tirai Bambu mengkritik secara tajam melalui media sosial dan menilai bahwa perempuan itu sedang djadikan alat propaganda yang sangat kejam.
Dalam video terlihat bagaimana Yu dalam kondisi hamil mengenakan pakaian pelindung dan berkeliling untuk merawat pasien dari ruang ke ruang di rumah sakit. Terdengar seorang pasien yang juga berkata kepadanya agar tidak perlu bekerja sementara waktu karena situasi penularan virus corona yang berbahaya.
Namun, Yu dalam video itu mengatakan bahwa tetap bekerja menjadi pilihannya agar ia dapat berkontribusi dalam upaya memerangi virus corona yang mematikan. Ia juga mengakui bahwa keluarganya telah melarang diirnya bekerja.
Meski video dimaksudkan untuk memberi penghormatan menyentuh atas pengorbanan Yu, banyak orang menuduh media pemerintah menggunakan cerita dari perawat itu sebagai bentuk propaganda. Kemarahan mencuat di media sosial, dengan sejumlah komentar pedas dari warga China, salah satunya mengatakan tidak seharusnya seorang perempuan yang sedang hamil dikorbankan untuk itu.
Kemudian, pengguna media sosial di China lainnya bertanya apakah video Yu memiliki tujuan politik. Ia mengingatkan agar perempuan yang sedang hamil sembilan bulan diminta untuk melakukan ini.
Tak hanya video perempuan yang sedang hamil dan tetap bertugas di rumah sakit membuat warganet di China geram. Sebuah video lainnya yang diunggah di media milik pemerintah di Gansu, menunjukkan beberapa perawat memilih untuk mencukur rambut mereka hingga botak agar mudah mengenakan pakaian pelindung saat bertugas merawat pasien.
Banyak yang bertanya mengapa para perawat perempuan itu harus mencukur habis rambut mereka? Tak sedikit yang juga heran mengapa tak ada video yang memperlihatkan para perawat pria ikut mencukur rambut mereka?
Tak lama berselang, tagar #SeeingFemaleWorkers yang menyerukan agar orang-orang mengetahui kontribusi perempuan di garis depan juga mulai menjadi viral di media sosial Weibo. Salah satu komentar dari pengguna mengatakan perempuan menjadi hebat hanya karena mereka mencukur rambut panjang mereka.
"Mengapa media selalu menggunakan pengorbanan wanita sebagai alat untuk propaganda? Bukankah sama mengagumkannya bagi para wanita ini untuk pergi di garis depan dengan rambut panjang mereka? Mereka harus cantik, seorang ibu, istri, dan kemudian berkorban. Hanya dengan begitu mereka akan dianggap hebat,” ujar komentar lainnya.
Berdasarkan data hingga Senin (24/2), kasus positif corona di dunia mencapai 79.930 kasus. Sedangkan jumlah kematian akibat corona sebanyak 2.469 kasus.
Infografis virus corona.